Analisa Saham BWPT atau PT Eagle High Plantation Tbk

Awalnya Banyak Yang Meragukan

Sukuk Mudharabah adalah instrumen pembiayaan berbasis syariah di mana investor dan emiten berbagi hasil atas usaha yang dibiayai. Ini bukan instrumen dengan bunga tetap seperti obligasi konvensional, tapi menggunakan skema bagi hasil, dan tidak boleh digunakan untuk usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah.

Dalam hal ini, BWPT menerbitkan Sukuk Berkelanjutan I Tahun 2025 dengan total penerbitan maksimum Rp475 miliar. Dana hasil penerbitan akan digunakan untuk:

  • Modal kerja (operasional kebun, distribusi, dan produksi)

  • Pembiayaan kembali (refinancing) atas sumber dana sebelumnya

Referensi:


Kenapa Dapat Peringkat idA- dari PEFINDO?

PEFINDO memberikan peringkat idA-(sy) karena BWPT dinilai memiliki:

  1. Manajemen operasional yang solid

  2. Permintaan minyak sawit (CPO) yang stabil

  3. Kondisi keuangan yang relatif kuat

Namun, peringkatnya tidak lebih tinggi karena:

  • Skala lahan yang masih tergolong moderat

  • Ketergantungan pada harga komoditas global

  • Risiko cuaca ekstrem seperti El Niño/La Niña yang berpotensi menekan hasil panen


Data Tambahan: Kinerja Keuangan BWPT (2023 & Kuartal I/2024)

Posisi KeuanganFY 2023Q1 2024
Pendapatan (Rp)3,67 triliun909,5 miliar
Laba bersih (Rp)27,4 miliar9,3 miliar
Total aset (Rp)10,8 triliun10,96 triliun
Ekuitas (Rp)6,22 triliun6,25 triliun
Liabilitas (Rp)4,58 triliun4,71 triliun
DER (Debt Equity Ratio)0,74x0,75x

Sumber: Laporan Keuangan BWPT Q1 2024 (Audited), IDX

Dari data di atas terlihat bahwa BWPT masih mampu menjaga rasio keuangan pada level sehat. Debt to Equity Ratio (DER) masih di bawah 1x, menunjukkan perusahaan belum over-leverage. Namun margin keuntungan masih tipis, karena laba bersih hanya Rp27,4 miliar dari pendapatan Rp3,67 triliun (margin laba bersih ±0,7%).


Prospek Industri CPO Global: Apakah Masih Menarik?

Untuk bisa menilai prospek BWPT, kita juga perlu melihat data industri CPO:

  • Produksi minyak sawit Indonesia (2023): 51,4 juta ton

  • Ekspor CPO Indonesia (2023): 32,3 juta ton

  • Harga rata-rata CPO global (2023): USD 868/ton

  • Harga CPO semester I/2024 (rata-rata): USD 910/ton (naik tipis)

Sumber: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), TradingEconomics, Bloomberg

Faktor yang mendukung harga CPO ke depan:

  • Permintaan dari India dan China meningkat

  • Konversi CPO untuk biodiesel (program B35)

  • Stok minyak nabati global turun

Namun tantangan tetap ada:

  • Tekanan ESG (Environment, Social, Governance) dari pasar Eropa

  • Kompetisi dari minyak nabati alternatif (soybean oil, canola)

  • Fluktuasi iklim


Bagaimana Strategi BWPT ke Depan?

PEFINDO menyatakan bahwa peringkat BWPT bisa naik jika:

  • Pendapatan dan EBITDA naik konsisten

  • Perusahaan memperluas kebun disertai dengan produktivitas lebih baik

  • Struktur utang tetap sehat

Sebaliknya, peringkat bisa turun jika:

  • Produksi anjlok karena cuaca atau hama

  • EBITDA menurun tajam

  • Perusahaan agresif menambah utang tanpa pertumbuhan bisnis


Komparasi BWPT dengan Emiten Sawit Lainnya

EmitenLuas Lahan (Ha)Revenue FY23 (Rp)Net Profit FY23 (Rp)DER
BWPT87.0003,67 triliun27,4 miliar0,74x
AALI286.00020,5 triliun911,5 miliar0,47x
LSIP115.7005,3 triliun548 miliar0,22x
SSMS209.0008,45 triliun1,1 triliun0,61x

Sumber: Annual Reports Emiten 2023 (IDX)

Terlihat bahwa BWPT memang masih termasuk pemain menengah dari sisi luas kebun dan pendapatan, namun struktur utangnya relatif tidak membahayakan.


Apakah Saham BWPT Masih Layak Dipegang?

Lahan cukup besar dan operasional tersebar di Kalimantan, Sumatera, dan Papua
Utang masih terjaga (DER < 1x)
Memperbaiki pembiayaan dengan menerbitkan Sukuk syariah
Punya dukungan investor kuat: Rajawali Group & entitas Malaysia

Namun harus tetap diwaspadai:

⚠️ Margin laba masih tipis, produktivitas harus ditingkatkan
⚠️ Terbatasnya pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir
⚠️ Volatilitas harga CPO dan faktor cuaca


Insight akhir - BWPT Sedang Memperkuat Fondasi

Berdasarkan data dan rating terbaru dari PEFINDO, BWPT bukanlah perusahaan sawit yang "tertinggal", tapi lebih tepat disebut sedang berbenah. Penerbitan Sukuk Rp475 miliar adalah salah satu bentuk keseriusan mereka memperkuat pembiayaan jangka panjang yang sehat dan sesuai prinsip syariah.

Buat investor jangka panjang yang mencari saham fundamental dengan harga masih undervalue, BWPT bisa dipertimbangkan — dengan catatan: pantau terus pergerakan harga CPO, produktivitas lahan, serta laporan keuangan kuartalan.