Earning After Tax adalah

 

EAT (Earnings After Tax) adalah salah satu indikator keuangan penting yang digunakan dalam menilai kinerja perusahaan setelah pajak. EAT mencerminkan laba bersih perusahaan setelah pajak penghasilan dikurangi dari laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Artikel ini akan membahas pengertian EAT, cara menghitungnya, contoh perhitungan, serta fungsinya dalam berbagai rasio keuangan seperti Price to Earnings Ratio (PER) dan Return on Equity (ROE). Selain itu, kami juga akan membahas lebih dalam tentang bagaimana EAT digunakan dalam analisis keuangan berbagai sektor industri, dampak kebijakan pajak, serta perbandingan dengan metrik keuangan lainnya.

Pengertian EAT (Earnings After Tax)

EAT, atau laba bersih setelah pajak, adalah angka yang sering digunakan dalam laporan keuangan perusahaan. Laba ini menunjukkan seberapa besar keuntungan yang tersisa setelah semua biaya operasional dan pajak telah dibayarkan. Dalam konteks analisis fundamental, EAT dapat memberikan gambaran penting tentang kesehatan finansial suatu perusahaan.

Entitas yang terlibat dalam perhitungan EAT meliputi:

  • Perusahaan: Pihak yang menghasilkan laba dan membayar pajak.
  • Pemerintah: Melalui otoritas pajak, pemerintah berperan dalam pengenaan pajak penghasilan perusahaan.
  • Investor: Mereka menggunakan EAT untuk menganalisis kinerja perusahaan.
  • Pajak Penghasilan: Ini adalah pajak yang dikenakan atas laba perusahaan, mempengaruhi nilai EAT yang dihitung.

Cara Menghitung EAT

Untuk menghitung EAT, langkah-langkah berikut perlu dilakukan:

  1. Tentukan EBIT (Earnings Before Interest and Tax), yaitu laba perusahaan sebelum dikenakan pajak dan bunga.
  2. Hitung jumlah pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan berdasarkan tarif pajak yang berlaku.
  3. Kurangi pajak penghasilan dari EBIT.

Contoh perhitungan:

  • EBIT: Rp 1.000.000
  • Tarif Pajak Penghasilan: 25% dari EBIT
  • Pajak Penghasilan: Rp 250.000

EAT = EBIT - Pajak Penghasilan

EAT = Rp 1.000.000 - Rp 250.000 = Rp 750.000

Perusahaan dengan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 750.000 ini dapat menggunakan EAT untuk menilai profitabilitas mereka.

Fungsi EAT dalam Analisis Keuangan

EAT memiliki beberapa fungsi penting dalam analisis keuangan perusahaan, terutama dalam menghitung rasio keuangan berikut:

  1. Price to Earnings Ratio (PER)

    • PER dihitung dengan membagi harga saham perusahaan dengan EAT per saham. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa mahal harga saham perusahaan dibandingkan dengan laba yang dihasilkan.
    • Contoh perhitungan PER: Jika harga saham perusahaan adalah Rp 5.000 per lembar, dan EAT per saham adalah Rp 500, maka: PER = Harga Saham / EAT per Saham PER = Rp 5.000 / Rp 500 = 10 Semakin tinggi PER, semakin mahal harga saham relatif terhadap laba yang dihasilkan.
  2. Return on Equity (ROE)

    • ROE mengukur tingkat pengembalian keuntungan yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan ekuitas yang digunakan. ROE dihitung dengan membagi EAT dengan ekuitas perusahaan.
    • Contoh perhitungan ROE: Jika EAT adalah Rp 750.000 dan ekuitas perusahaan adalah Rp 3.000.000, maka: ROE = EAT / Ekuitas ROE = Rp 750.000 / Rp 3.000.000 = 25% ROE yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan lebih besar dari modal yang dimiliki.

Perbandingan EAT dengan Indikator Keuangan Lainnya

EAT vs EBITDA

Dalam menghitung laba bersih perusahaan, penting untuk membandingkan EAT dengan metrik lain seperti EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization). EBITDA adalah indikator keuangan yang tidak memperhitungkan beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi, sehingga memberikan pandangan lebih "murni" tentang keuntungan operasional perusahaan.

  • EBITDA lebih banyak digunakan dalam analisis yang berfokus pada kinerja operasional jangka pendek karena tidak memperhitungkan faktor non-operasional seperti pajak.
  • EAT, di sisi lain, mencerminkan kondisi keuangan yang lebih lengkap karena memperhitungkan beban pajak, yang penting bagi investor untuk memahami keuntungan bersih yang tersisa setelah kewajiban pajak dipenuhi.

EAT vs Net Income

Net Income sering kali mencakup lebih banyak elemen, seperti pendapatan dari investasi atau penjualan aset, yang tidak selalu dimasukkan dalam EAT. Perusahaan yang memiliki banyak aset atau investasi biasanya menunjukkan Net Income yang lebih tinggi, meskipun EAT mereka mungkin tidak berubah secara signifikan.

Penggunaan Net Income lebih tepat untuk perusahaan dengan diversifikasi pendapatan, sementara EAT lebih cocok untuk melihat profitabilitas dasar setelah pajak operasional.

Pengaruh EAT terhadap Sektor Industri

EAT dapat bervariasi di berbagai industri, seperti manufaktur, teknologi, atau jasa keuangan. Industri teknologi cenderung memiliki EAT yang lebih fluktuatif karena investasi besar pada pengembangan produk, sedangkan industri manufaktur sering memiliki EAT yang lebih stabil karena biaya tetap yang besar dan model bisnis yang lebih dapat diprediksi.

  • Contoh di sektor teknologi: Perusahaan teknologi seperti Google atau Amazon sering menginvestasikan kembali keuntungan mereka ke dalam pengembangan produk, yang mempengaruhi EAT mereka. Meskipun EBIT mereka besar, biaya pajak dan reinvestasi sering kali mengurangi EAT.
  • Contoh di sektor manufaktur: Di sektor manufaktur, perusahaan besar seperti Toyota atau General Electric memiliki struktur biaya yang lebih stabil, dan EAT mereka cenderung lebih dapat diprediksi.

Dampak Kebijakan Pajak pada EAT

Perubahan kebijakan pajak bisa berdampak besar pada EAT perusahaan. Jika pemerintah menaikkan tarif pajak, EAT akan menurun, meskipun EBIT tetap stabil. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen atau melakukan investasi lebih lanjut.

Contoh nyata adalah pemotongan pajak di Amerika Serikat pada tahun 2017, yang meningkatkan EAT banyak perusahaan karena tarif pajak perusahaan diturunkan. Sebaliknya, kenaikan tarif pajak di beberapa negara Eropa mengakibatkan penurunan EAT, meskipun EBIT perusahaan tetap sama.

Penggunaan EAT dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Investor menggunakan EAT untuk membuat keputusan investasi, terutama dalam analisis fundamental. EAT yang stabil dan meningkat dari tahun ke tahun dapat menunjukkan perusahaan yang sehat, sehingga menarik lebih banyak investor. Selain itu, EAT juga digunakan untuk menghitung Price to Earnings Ratio (PER) dan Return on Equity (ROE), yang sering dijadikan dasar dalam menentukan valuasi perusahaan.

Perbandingan EAT dengan Kompetitor

Perbandingan EAT antar perusahaan dalam industri yang sama sangat penting dalam benchmarking. Perusahaan dengan EAT yang lebih tinggi dianggap lebih efisien dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak dibandingkan kompetitor. Hal ini memberikan gambaran tentang daya saing perusahaan dalam menghasilkan keuntungan operasional dan mengelola pajak.

EAT dan Kebijakan Dividen

EAT juga berperan penting dalam kebijakan dividen perusahaan atau dari sisi investor juga akan berpengaruh terhadap Pajak Deviden SahamSemakin besar EAT, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham. Perusahaan dengan EAT yang stabil cenderung membayar dividen secara konsisten, yang menarik bagi investor yang menginginkan pendapatan pasif.

EAT (Earnings After Tax) adalah salah satu indikator utama dalam analisis keuangan perusahaan. Dengan memahami perbedaan EAT dengan EBITDA dan Net Income, serta pengaruh EAT dalam berbagai sektor industri dan kebijakan pajak, investor dapat lebih baik menilai kesehatan keuangan suatu perusahaan. EAT juga berperan penting dalam pengambilan keputusan investasi, kebijakan dividen, dan perbandingan daya saing perusahaan dalam satu industri. Oleh karena itu, selalu penting untuk melihat EAT dalam konteks laporan keuangan secara keseluruhan dan menggunakannya bersama metrik keuangan lainnya untuk mendapatkan analisis yang komprehensif.


 Oleh : Zaenal Mustopa S.E