Donald Trum memprioritaskan Kebutuhan internal negaranya

Kebijakan Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Donald Trump mendatang kemungkinan besar akan memengaruhi prospek ekonomi kawasan Asia-Pasifik.

Menurut laporan Asian Development Outlook (ADO) terbaru yang dirilis Bank Pembangunan Asia (ADB) pada Rabu (11/12/2024), perubahan-perubahan pada kebijakan-kebijakan perdagangan, fiskal, dan imigrasi AS dapat mengurangi pertumbuhan dan menambah inflasi di negara-negara berkembang Asia-Pasifik.

Karena perubahan-perubahan kebijakan yang signifikan ini diperkirakan akan memakan waktu dan dilakukan secara bertahap, dampaknya terhadap kawasan ini kemungkinan besar baru akan terlihat mulai 2026. Dampaknya dapat terlihat lebih cepat jika kebijakan tersebut diimplementasikan lebih awal dan lebih cepat dari yang diharapkan, atau jika perusahaan-perusahaan yang berbasis di AS melakukan impor lebih awal untuk menghindari ancaman kenaikan tarif.

Perlambatan Pertumbuhan dan Inflasi

“Kebijakan-kebijakan yang diperkirakan akan diterapkan oleh pemerintahan baru AS dapat memperlambat pertumbuhan dan mendorong inflasi sampai batas tertentu di China, kemungkinan besar setelah tahun depan, dan juga berdampak pada perekonomian lain di Asia dan Pasifik,” kata Kepala Ekonom ADB Albert Park dalam keterangannya.

Dampaknya juga lebih terasa di China dan negara Asia Timur yang memiliki hubungan dagang yang erat dengan Negeri Tirai Bambu tersebut. Efek negatifnya di Asia Selatan dan Asia Tenggara kemungkinan besar akan diimbangi oleh pengalihan perdagangan dan relokasi produksi dari China ke kedua kawasan tersebut.

Kebijakan Tarif dan Imigrasi

Kebijakan tarif AS yang agresif kemungkinan besar akan mengurangi perdagangan dan investasi internasional, sekaligus menyebabkan pergeseran ke arah produksi dalam negeri yang lebih mahal. Pada saat yang sama, berkurangnya imigrasi dapat memperketat pasokan tenaga kerja AS. Dikombinasikan dengan sikap fiskal yang berpotensi lebih ekspansif di bawah pemerintahan Trump yang akan datang, tarif dan pembatasan migrasi dapat memicu kembali lonjakan inflasi di AS.

Risiko Tambahan bagi Kawasan Asia-Pasifik

Selain perubahan kebijakan AS, risiko-risiko terhadap prospek pertumbuhan dan inflasi di Asia dan Pasifik termasuk eskalasi ketegangan geopolitik serta berlanjutnya kerentanan pasar properti di China.