Pagi ini bursa tampak biasa—hingga satu data memecah keramaian. Volume pencarian publik untuk Saham MINA melonjak drastis. Grup WhatsApp ramai. Forum trading penuh spekulasi. Semua bertanya:
“Ada isu apa? Kenapa Saham MINA tiba-tiba naik?”

Yang menarik, gejolak ini bukan saja berasal dari investor ritel. Di balik layar, ada gerakan modal asing yang agresif — sebuah narasi yang layak dicermati lebih jauh.

Asing Jadi Aktor Utama: Pembelian Jumbo Mengangkat MINA

Pada 17 November 2025, IHSG menguat 0,76%, didorong net buy asing yang menembus angka cukup besar. Dari ratusan saham yang diperdagangkan, hanya beberapa yang diborong asing dalam volume signifikan — dan MINA termasuk salah satunya.
Dalam satu sesi, investor asing tercatat membeli hampir 89 juta lembar saham MINA. Untuk saham berkapitalisasi menengah, angka seperti ini menyiratkan adanya narasi institusional di balik pergerakan harga.

Aktivitas Pasar dan Likuiditas

Volume perdagangan harian yang tinggi mengonfirmasi tingginya minat pasar; namun fokus asing yang terkonsentrasi pada MINA menimbulkan pertanyaan: apakah ini akumulasi strategis atau momentum spekulatif sesaat?


Tokoh Sentral: Happy Hapsoro dan Kendali atas MINA

Tidak mungkin memahami dinamika ini tanpa menyebut aktor kunci: Happy Hapsoro (Hapsoro Sukmonohadi). Ia menguasai mayoritas saham MINA baik secara langsung maupun melalui entitas terkait, sehingga memberi ruang manuver signifikan dalam kebijakan korporasi.
Saat menjadi pengendali, Hapsoro menyatakan bahwa akuisisi dilakukan :

“Sebagai investasi jangka panjang untuk meningkatkan nilai portofolio.”

Pernyataan ini terbukti bukan sekadar formalitas. Ada alasan strategis di balik langkahnya.

Aset Strategis Perusahaan

MINA memiliki beberapa aset yang menjadi daya tarik utama:

  • Lahan strategis di Denpasar Selatan yang potensial untuk pengembangan premium.

  • Kepemilikan anak usaha pengelola vila mewah.

  • Potensi ekspansi properti di kawasan yang demand-driven seperti Bali.

Kombinasi pengendali aktif dan aset tanah yang “clear” menjadikan saham ini mudah dipahami sebagai peluang oleh institusi yang menilai nilai aset riil.

Aksi Pembelian yang Konsisten: Pola Akumulasi Terbaca

Pergerakan MINA bukan fenomena sekali jadi. Sejak akhir 2024 hingga kuartal pertama 2025, pola akumulasi sudah terlihat:

  • Februari 2025: pembelian oleh pengendali pada harga tender tertentu.

  • November 2024: pembelian besar yang menambah porsi kepemilikan.

  • Maret 2025: salah satu sesi mencatat lonjakan volume ratusan juta lembar dan kenaikan harga lebih dari 30%.

Kehadiran investor publik besar lain — tercatat sempat ada pemegang dengan porsi signifikan — menambah indikasi akumulasi oleh beberapa pemain besar, bukan semata-mata aksi ritel sporadis.

Risiko yang Ikut Muncul: UMA, Suspensi, dan Cooling-Down

Pengumuman UMA

BEI menilai pergerakan saham MINA “tidak biasa”.
Catatannya:

UMA tidak serta-merta menunjukkan adanya pelanggaran, tetapi merupakan peringatan kewaspadaan.

Suspensi Berulang

  • 4 Agustus: Suspensi pertama.

  • 7 Agustus: Suspensi kembali diberlakukan karena kenaikan signifikan berulang.

Cooling Down

Pada Februari 2025, BEI menghentikan sementara perdagangan untuk memberi waktu pasar mencerna informasi.

Mekanisme pengawasan ini muncul ketika volatilitas sebuah saham dianggap terlalu tinggi.

Analisis: Mengapa Asing Pilih MINA?

Dari rangkaian kejadian, setidaknya ada empat faktor yang diduga menjadi mendorong masuknya modal asing secara agresif:

  1. Pengendali yang Kuat dan Berstrategi
    Pengendali yang agresif dan memiliki rekam jejak di properti memberi sinyal kemampuan eksekusi rencana jangka panjang.

  2. Aset Properti Bernilai Tinggi
    Lahan strategis dan proyek vila premium di Bali menghadirkan aset riil yang mudah dinilai oleh investor institusi.

  3. Momentum Likuiditas
    Volume perdagangan besar sejak awal tahun menyediakan likuiditas yang memadai bagi pemain institusi untuk masuk tanpa mengganggu pasar secara dramatis.

  4. Potensi Aksi Korporasi di Masa Depan
    Tanda-tanda kemungkinan rights issue, restrukturisasi aset, atau ekspansi membuat investor institusi tertarik masuk lebih awal.

Kesimpulan: Inti Persoalan di Balik Kenaikan MINA

Kenaikan Saham MINA bukanlah hasil dari satu faktor tunggal. Ia merupakan hasil sinergi beberapa elemen:

  • Aksi borong asing yang menciptakan momentum psikologis dan teknikal.

  • Kepemilikan mayoritas pengendali yang mampu mengorkestrasi strategi jangka panjang.

  • Aset properti tinggi nilai yang menjadi dasar fundamental.

  • Pola akumulasi dan volume yang menunjukkan minat institusi.

  • Intervensi pengawasan pasar (UMA, suspensi) yang menandakan risiko volatilitas tinggi.

Dengan kata lain, MINA sekarang adalah titik pertemuan antara narasi aset riil dan aksi pasar yang agresif — peluang yang menjanjikan tetapi juga membawa risiko yang tidak kecil.

Sumber Data

  • Publikasi pasar harian dan ringkasan perdagangan Bursa Efek Indonesia.

  • Laporan kepemilikan efek dan keterbukaan informasi emiten.

  • Pengumuman resmi BEI terkait UMA, suspensi, dan penghentian sementara.

  • Catatan transaksi historis dan data volume perdagangan publik.

Disclaimer

Tulisan ini disusun untuk tujuan edukasi dan analisis umum. Data diambil dari sumber yang dianggap kredibel, namun tidak dijamin lengkap atau bebas kesalahan. Artikel ini bukan rekomendasi beli atau jual. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca; lakukan riset mandiri atau konsultasi dengan penasihat keuangan sebelum bertindak.