Laporan keuangan BCA 1Q25 dengan buku tabungan di meja kerja.

Kalau kamu baru mulai terjun ke dunia investasi, mungkin nama BCA (kode saham: BBCA) udah nggak asing lagi di telinga. Bank swasta terbesar di Indonesia ini sering banget disebut-sebut sebagai "saham wajib punya" buat investor pemula. Tapi, sebelum asal beli, penting banget buat kita bener-bener paham kondisinya.

Nah, baru-baru ini, BCA merilis laporan keuangan kuartal pertama tahun 2025 (1Q25). Dan kabar baiknya: BCA membuka tahun ini dengan performa yang solid banget. Yuk, kita bahas satu per satu, santai aja tapi tetap dalam!

Laba Bersih Naik, Tapi Bukan Cuma Soal Untung

BCA mencatatkan laba bersih (PATMI) Rp14,1 triliun di 1Q25. Ini naik 2,8% dibanding kuartal sebelumnya (QoQ) dan naik 9,8% dibanding setahun lalu (YoY). Secara angka, mereka sudah mencapai 23,6% dari target tahunan analis — artinya, mereka on track buat mencapai target sepanjang tahun ini.

Tapi, kenapa sih laba bisa naik?

➡️ Salah satunya karena biaya operasional mereka tetap terkendali — cuma naik 2% dibanding tahun lalu. Bayangin aja, di saat banyak perusahaan lain jungkir balik karena biaya naik, BCA malah bisa irit.

➡️ Pendapatan bunga bersih (dari selisih bunga pinjaman yang mereka kasih ke nasabah dengan bunga tabungan yang mereka bayar) juga kuat di Rp21,1 triliun, naik 6,9% YoY. Ini karena komposisi aset produktifnya makin efisien: rata-rata 66% dari total aset produktif adalah kredit, naik dari 60% tahun lalu.

Oh ya, NIM alias Net Interest Margin — ukuran seberapa "gurih" keuntungan dari pinjam-meminjam mereka — memang turun dikit jadi 5,8%, tapi itu masih dalam target manajemen kok.

Pemasukan Makin Oke, Tapi Ada yang Harus Waspada

Total pendapatan BCA tembus Rp28 triliun (+7,2% YoY). Mereka juga dapet bonus pemasukan dari anak usaha, karena pembayaran dividen kali ini lebih cepat dibanding tahun lalu. Akibatnya, PPOP (Pendapatan Operasional sebelum Provisi) naik 8% QoQ dan 10% YoY. Kuat banget!

Tapi...

➡️ Beban provisi alias dana cadangan buat jaga-jaga kalau ada kredit macet naik 16% YoY. Ini bikin CoC (Cost of Credit) naik jadi 44bps. Meski begitu, manajemen tetap optimis nanti bisa nurunin CoC jadi sekitar 30bps di sisa tahun ini.

Kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terus Bertumbuh

BCA tetap agresif salurin kredit: tumbuh 12,6% YoY sampai Rp941 triliun. Ini jauh di atas target yang mereka patok 6%-8% YoY.

Sumber dananya juga aman. Dana Pihak Ketiga (DPK), yang isinya tabungan, giro, dan deposito nasabah, naik 5,3% QoQ dan 6,5% YoY. Padahal, mereka turunin bunga deposito lho 25bps, tapi dana tetap mengalir deras. Ini bukti nasabah tetap percaya sama BCA.

Yang keren lagi, CASA (Current Account Savings Account) — kombinasi tabungan dan giro yang murah — tumbuh 6% QoQ dan 8% YoY. BCA berhasil naikin saldo tabungan lebih cepat dari biasanya, karena persaingan sesama bank yang biasanya ketat di awal tahun malah agak longgar di 1Q25 ini.

📊 Infografis Kinerja BCA 1Q25

Kinerja Utama BCAAngka 1Q25Pertumbuhan
Laba Bersih (PATMI)Rp14,1 Triliun+9,8% YoY
Pendapatan Bunga BersihRp21,1 Triliun+6,9% YoY
Total PendapatanRp28 Triliun+7,2% YoY
CIR (Cost to Income Ratio)34%Turun 17bps YoY
PPOP (Pendapatan Operasional)-+10% YoY
CoC (Cost of Credit)44bpsNaik 16bps YoY
Pertumbuhan KreditRp941 Triliun+12,6% YoY
Pertumbuhan DPK-+6,5% YoY
Pertumbuhan CASA-+8% YoY


Tapi, Ada PR Juga Nih...

Nggak semua cerita BCA mulus-mulus aja. Ada beberapa hal yang mesti jadi perhatian:

  1. LAR (Loan at Risk) alias potensi kredit bermasalah naik ke 6% dari 5,3% di kuartal sebelumnya. Ini disebabkan restrukturisasi pinjaman sindikasi di sektor mineral. Tapi tenang, ini sifatnya sementara dan pinjaman itu masih dianggap lancar di semua bank yang terlibat.

  2. Rasio NPL (Non-Performing Loan), alias kredit macet beneran, juga naik ke 2% (naik 20bps). Kenapa? Karena ada gangguan pembayaran di sektor konsumer dan UKM, terutama gara-gara libur panjang yang bikin orang telat bayar cicilan. Sektor tekstil juga agak seret sedikit.

Ini yang bikin rasio pencadangan BCA turun ke 181%, alias buffer mereka sedikit menipis dibanding sebelumnya.

Strategi BCA: Santai Tapi Pasti

Meskipun kredit tumbuh pesat di 1Q25, BCA tetap pegang prinsip hati-hati. Mereka tetap mempertahankan target pertumbuhan kredit konservatif 6-8% YoY.

Kenapa nggak gaspol aja?

Karena BCA tahu, menjaga marjin keuntungan itu lebih penting daripada sekadar nguber pertumbuhan kredit. Apalagi di tengah pasar obligasi pemerintah dan SRBI yang saat ini nawarin imbal hasil menarik — artinya, BCA bisa investasi di instrumen aman dengan hasil lumayan, tanpa perlu ambil risiko besar.

Smart move, kan?

Buy or Wait?

Setelah semua data ini dikupas, analis tetap rekomendasi BUY buat saham BBCA, baik untuk jangka 3 bulan maupun 12 bulan ke depan. Target harga? Rp12.500 per saham — alias masih ada potensi naik dibanding harga sekarang.

Intinya:

  • Kinerja BCA di 1Q25 solid banget.

  • Ada sedikit peningkatan risiko di kredit bermasalah, tapi manajemen optimis ini cuma sementara.

  • Strategi pertumbuhan mereka fokus ke sustainabilitas, bukan kejar target asal-asalan.

Kalau kamu investor pemula yang cari saham kuat buat jangka panjang, BBCA tetap jadi salah satu pilihan paling aman di market.

*Disclaimer on

Sumber Data : IDX tentang Laporan Keuangan Tahunan Bank BCA


Oleh tim Pareto Saham