Emiten Saham MBMA Analisa dan Prospek Kedepan

Anggaplah kamu baru mulai belajar investasi. Tiba-tiba, kamu dengar kabar tentang perusahaan tambang yang katanya punya cadangan nikel super besar. Tapi bukan nikel biasa, melainkan jenis limonit—yang katanya lebih “susah” diolah tapi punya potensi cuan jangka panjang. Perusahaan ini adalah MBMA (PT Merdeka Battery Materials Tbk), anak perusahaan dari Grup Merdeka (MDKA) yang sedang serius menggarap masa depan dari logam-logam tambang.

Tapi, apa benar ini peluang? Atau justru jebakan bagi investor pemula?

Mari kita bahas pelan-pelan Analisa Fundamental Saham MBMA dan Bagaimana Prospek Saham MBMA kedepannya, tentunya pakai bahasa yang mudah kamu pahami.


🔍 Siapa MBMA dan Kenapa Penting?

Pada Mei 2022, MBMA resmi diambil alih oleh MDKA, perusahaan tambang besar yang sudah lebih dulu dikenal karena tambang emas dan tembaganya. Setelah diakuisisi, MBMA mulai agresif memborong aset nikel. Salah satu yang paling menonjol adalah Tambang SCM, tambang nikel terbesar kedua di Indonesia setelah milik ANTM.

Tapi ada satu hal unik:

Cadangan utama di SCM bukan saprolit (yang biasa dipakai smelter), melainkan limonit—yang butuh teknologi khusus untuk diolah jadi bahan baku baterai.

Itu sebabnya MBMA sedang membangun beberapa proyek HPAL (High Pressure Acid Leach), teknologi yang bisa mengekstrak nikel dari bijih limonit. Sampai hari ini, sudah ada 4 pabrik HPAL yang masuk tahap pengembangan. Ambisius? Jelas. Tapi masuk akal? Nanti dulu…


🏭 Proyek AIM: Senjata Rahasia dari Bijih Pirit

Nggak cuma HPAL, MBMA juga lagi garap proyek lain yang nggak kalah unik: Proyek AIM, sebuah fasilitas pengolahan bijih pirit—yang selama ini tidak bisa diolah di pabrik Wetar milik MDKA.

Apa tujuannya?

  1. Produksi asam sulfat & uap → bahan penting buat HPAL

  2. Ekstraksi logam seperti tembaga, emas, dan logam lain

Produksi asam sulfat sudah mulai sejak Q1 2024, tapi masih belum optimal. Targetnya, seluruh fasilitas AIM bisa berjalan penuh di kuartal IV 2025. Tapi perlu dicatat, ini proyek baru dengan kompleksitas tinggi. Jadi tetap perlu pendekatan hati-hati.


❓Apakah HPAL Masih Layak Digarap?

Nah ini pertanyaan penting. Dunia sekarang sedang shifting ke baterai LFP (Lithium Iron Phosphate), yang nggak butuh nikel. Itu artinya, permintaan jangka panjang terhadap produk nikel berbasis limonit seperti MHP/HPAL bisa terganggu.

Tapi tunggu dulu…

Di negara-negara beriklim dingin seperti Eropa, Korea, Jepang, dan Tiongkok bagian utara, baterai LFP performanya buruk. Di sinilah nikel (dari HPAL) masih punya tempat.

Bahkan di Tiongkok, PLTMH (produk hasil HPAL) sekarang mulai dikonversi jadi nikkel murni buat ekspor ke pasar LME dan industri baja tahan karat—yang fokus pada ESG (Environmental, Social, Governance).

Artinya, HPAL memang masih punya prospek, tapi nggak segila dulu. Investor tetap harus realistis.


💰 Prospek Pendapatan: Tumbuh Kencang, Tapi Butuh Waktu

Kalau kamu bertanya, “Bagaimana prospek cuannya?” Maka ini jawabannya:

  • MBMA diprediksi bakal cetak pertumbuhan laba bersih CAGR 86% selama 2025–2027

  • Pertumbuhan ini datang dari:

    • Beroperasinya penuh pabrik HPAL baru

    • Proyek AIM mulai jalan

    • Konsolidasi kepemilikan HPAL ESG dari 27% → 60% (tahun 2026)

Tapi ada satu catatan penting.
Tim analis mengambil pendekatan konservatif, terutama terhadap proyek AIM. Mereka nggak yakin bisa capai kapasitas penuh sebelum 2028. Jadi walau potensi besar, risikonya juga besar. Itulah kenapa proyeksi MBMA masih di bawah konsensus analis pasar sebesar 38%-62%.


🧾 Kondisi Neraca dan Arus Kas: Cukup Aman?

Berita baiknya, MBMA tidak butuh belanja modal besar dalam 3 tahun ke depan. Kenapa?

  • Empat proyek HPAL hanya dimiliki sebagian (minoritas), jadi nggak harus tanggung sendiri

  • Proyek AIM konstruksinya udah selesai

  • Fokus capex cuma untuk:

    • Pengembangan tambang SCM: US$50 juta/tahun

    • Akuisisi tambahan saham HPAL ESG: US$61 juta (2026)

Artinya, belanja modal bisa dijaga sekitar US$170 juta – US$299 juta per tahun.

Sementara itu, MBMA diperkirakan sudah bisa cetak Free Cash Flow positif mulai 2025, bahkan bisa tembus US$244 juta di 2027. Ini sinyal positif buat neraca keuangan jangka menengah.


📌 Kesimpulan Buat Kamu, Investor Pemula

Kalau kamu lagi mempertimbangkan MBMA, ini ringkasannya:

Prospek besar dari tambang limonit dan proyek AIM
Cadangan nikel raksasa, bisa jadi salah satu aset strategis nasional
Free Cash Flow diproyeksi positif mulai 2025
✅ Dukungan dari Grup Merdeka (MDKA), yang sudah terbukti

⚠️ Tapi juga…

Proyek HPAL sangat tergantung harga nikel & tren baterai global
Transisi teknologi bisa bikin permintaan jangka panjang tidak pasti
Proyek AIM baru jalan sebagian, masih banyak risiko teknis


📊 Rekomendasi Analis: HOLD Dulu

Dengan target harga Rp360/saham, saham MBMA masih diberi rating 3M HOLD / 12M HOLD oleh analis. Artinya:

Buat kamu yang sudah punya saham ini: tahan dulu, jangan buru-buru jual atau tambah posisi.

Buat kamu yang belum punya: boleh tunggu momen yang lebih jelas, atau cari harga yang lebih murah dengan margin of safety yang lebih besar.


Insight akhir

Sebagai investor pemula, kamu mungkin tergoda dengan cerita besar dan angka pertumbuhan tinggi. Tapi, seperti kata Warren Buffett:

"Never invest in a business you don't understand."

Pahami dulu bisnisnya, pahami risikonya, baru tentukan strategimu.

MBMA bukan saham gorengan. Ini perusahaan yang sedang menyiapkan fondasi untuk masa depan. Tapi karena masih dalam tahap pengembangan, perjalanan ini tetap penuh rintangan.

Kalau kamu mau ikut naik kapal MBMA, pastikan kamu siap dengan ombaknya.

Note : Sumber data Publikasi Laporan Keuangan di IDX