Kantor Bank BCA tampak Depan

Buat sebagian orang, BBCA (Bank Central Asia Tbk) itu ibarat "emas" di dunia perbankan Indonesia. Kalau punya di portofolio, rasanya tenang. Tapi di tengah dinamika ekonomi yang naik-turun, apakah kinerja terbarunya masih sekuat itu?

Jawabannya: iya, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.
Kuartal II-2025 ini, BBCA mencatat laba bersih tertinggi sepanjang sejarah—dan bukan sekadar tinggi, tapi juga sejalan dengan ekspektasi pasar.

Sebelum kita masuk ke angka detailnya, kalau kamu belum sempat baca analisa kinerja BBCA di kuartal I-2025, saya sarankan mampir dulu ke artikel berikut: Laba Saham BCA BBCA Tembus Rp14,1 T di Kuartal I 2025, Kredit Ngebut 12,6%!.
Itu akan memberi gambaran bagaimana fondasi pertumbuhan di awal tahun ini dibangun.


Laba Bersih: Rekor Baru Lagi

📌 2Q25: Rp14,87 triliun
📌 Naik 5,1% dibanding 1Q25 (QoQ)
📌 Naik 6,2% dibanding 2Q24 (YoY)

Kalau dijumlahkan untuk paruh pertama tahun ini (1H25), laba bersih BBCA mencapai Rp29 triliun atau tumbuh 8% YoY. Angka ini sudah setara dengan 49% target laba setahun penuh (FY25F) — artinya, separuh target tahunan sudah diraih hanya dalam 6 bulan.

Buat investor, ini sinyal kuat: BBCA konsisten mencetak kinerja sesuai (bahkan kadang melebihi) ekspektasi. Kalau bank sebesar BBCA bisa tumbuh di kondisi ekonomi yang penuh tantangan, itu menunjukkan daya tahan bisnisnya yang luar biasa.


Pendapatan Bunga (NII) & NIM: Stabil di Puncak

Pendapatan bunga bersih (NII) di kuartal II-2025 juga tembus rekor kuartalan baru:
📌 Rp21,5 triliun (+1,7% QoQ, +6,6% YoY)
📌 Total NII semester I-2025: Rp42,6 triliun (+6,8% YoY)

NIM (Net Interest Margin) — margin keuntungan dari selisih bunga pinjaman dan bunga simpanan — tetap stabil di 5,8%, sama dengan kuartal sebelumnya dan setahun lalu.

Kenapa stabilnya NIM ini penting?

  • Karena di tengah tekanan biaya dana (cost of fund) yang sering naik, BBCA tetap bisa mempertahankan margin tinggi.

  • Ini berkat komposisi aset produktif yang membaik: porsi pinjaman naik jadi 66% dari total aset produktif (tahun lalu 61%).

  • Biaya dana juga terkendali, berkat dominasi dana murah (CASA).

Buat pemula: CASA adalah Current Account Saving Account, alias dana dari giro & tabungan. Ini ibarat “modal gratis” bagi bank karena bunganya sangat rendah, sehingga bank bisa menyalurkan pinjaman dengan margin lebih lebar.


Efisiensi Operasional & PPOP

BBCA mencatat PPOP (Pre-Provision Operating Profit) 2Q25 sebesar Rp19,3 triliun:
📌 Naik 4,5% QoQ
📌 Naik 8,4% YoY

Pengeluaran operasional (Opex) bahkan turun 3,6% QoQ, meski secara tahunan naik 7,5% YoY. Untuk 1H25, pertumbuhan Opex hanya 4,7% YoY, relatif terkendali.

CIR (Cost to Income Ratio) memang naik 1ppt YoY jadi 33%, tapi masih dalam panduan manajemen. Artinya, bank tetap efisien meski biaya operasional sedikit meningkat.


Kredit, Simpanan, dan Likuiditas

Pertumbuhan pinjaman:
📌 +1,9% QoQ
📌 +4% YTD
📌 +12,9% YoY → di atas target tahunan 6–8%

Simpanan:
📌 Stabil QoQ
📌 +5% YTD
📌 +5,7% YoY

Yang menarik, pertumbuhan CASA jauh lebih kencang di 1H25, yaitu +6% YTD, dua kali lipat dibanding 1H24 yang cuma 3% YTD.

LDR (Loan to Deposit Ratio) naik ke 81% (1Q25: 79%), menunjukkan bank lebih agresif menyalurkan kredit tapi masih punya ruang likuiditas aman. Modal (CAR) juga sangat kuat di 28,4% dan LCR (Liquidity Coverage Ratio) tinggi di 289%.


Hal Positif yang Menonjol

  1. NIM Stabil → Berkat portofolio pinjaman yang makin besar porsinya & biaya dana rendah.

  2. Pendapatan Biaya Non-Bunga Naik → +10,6% YoY, memberi diversifikasi pendapatan.

  3. PPOP Tumbuh 9,2% YoY → Efisiensi operasional berjalan baik.

  4. Modal dan Likuiditas Kuat → CAR 28,4% & LCR 289% memberi keamanan saat pasar bergejolak.


Catatan Risiko

Meski kinerja BBCA nyaris tanpa cela, ada dua hal yang perlu diwaspadai:

  1. Kualitas Aset KPR Sedikit Menurun

    • KPR naik 4,9% QoQ, tapi ada kenaikan NPL (Non-Performing Loan) 9,7% QoQ karena penurunan peringkat kredit di segmen ini.

    • Pencadangan kredit naik (CoC 1H25: 43bps, naik dari 1Q25: 44bps) sebagai langkah antisipasi.

  2. Kredit Otomotif Melambat

    • Pertumbuhan melambat jadi 5,2% YoY di 1H25 (1Q25: 12,3% YoY; 1H24: 18,4% YoY).

    • Pemesanan baru turun drastis di 2Q25: Rp8,6 triliun dari Rp12,1 triliun di 1Q25.

    • Secara regional: Jakarta -7% YoY, Jawa non-Jakarta -17% YoY, luar Jawa -10% YoY.

Penurunan ini mencerminkan strategi hati-hati BBCA di segmen konsumen, terutama otomotif, akibat risiko kualitas aset.


Peluang Menarik: Pertumbuhan CASA

Pertumbuhan CASA yang mencapai 6% YTD adalah sinyal penting.
Kenapa? Karena CASA adalah sumber dana termurah. Makin besar porsinya, makin tinggi kemampuan bank menjaga NIM tanpa harus menaikkan bunga pinjaman terlalu tinggi.

Yang menarik, pertumbuhan ini didorong oleh:

  • Giro → naik di semua segmen, termasuk usaha kecil dan sektor perdagangan.

  • Tabungan mass-market → naik sekitar 40% YoY.

  • Nasabah kelas atas → sedikit menurun karena mereka mengalihkan dana ke obligasi pemerintah (imbal hasil lebih tinggi).


Valuasi & Rekomendasi

Analis mempertahankan rating BUY untuk BBCA, baik untuk 3 bulan maupun 12 bulan ke depan. Target harga disesuaikan menjadi Rp12.000 per saham.

Bagi investor jangka panjang, kombinasi pertumbuhan kredit sehat, NIM stabil, efisiensi operasional, dan manajemen risiko hati-hati membuat BBCA tetap menjadi salah satu pilihan terbaik di sektor perbankan.


Kesimpulan: Saham BBCA Masih “Buy”

Kalau kita tarik garis besar:

  • Laba rekor

  • Pendapatan bunga & non-bunga tumbuh

  • CASA meningkat pesat

  • Modal & likuiditas sangat kuat

Grafik Kinerja Bank BCA Q2 2025

Risiko ada, tapi relatif terkendali. Strategi konservatif di kredit otomotif dan pencadangan lebih awal justru membuat BBCA makin aman.

📌 Buat pemula: BBCA cocok sebagai saham inti (core holding) karena kestabilan dan konsistensinya.
📌 Buat trader: Perhatikan momentum rilis laporan keuangan & pergerakan harga mendekati target Rp12.000.


Disclaimer: Artikel ini dibuat untuk tujuan edukasi dan informasi. Bukan ajakan membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan Anda setelah mempertimbangkan profil risiko pribadi.