Bayangkan kamu nih punya bisnis warung yang sudah puluhan tahun jadi andalan keluarga. Pelanggan setia tetap datang, tapi belakangan penjualan segmen utama mulai melambat. Untungnya, ada cabang usaha baru yang justru berkembang pesat dan membantu menutup penurunan di lini lama.
Itulah gambaran singkat kondisi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI di kuartal kedua 2025 (2Q25).
Meski menjadi bank dengan jaringan terluas di Indonesia dan spesialis kredit mikro, data menunjukkan kinerja segmen mikro eksklusif BRI sedang menghadapi tantangan, sementara anak usaha seperti Pegadaian dan PNM justru menjadi motor pertumbuhan baru.
Sebelum kita bahas detail, coba perhatikan infografis berikut.
Ini adalah gambaran besar kinerja BBRI di 1H25:
Untuk Penjelasan angka-angka Analisa Fundamental kinerja Saham BBRI diatas, mari kita bedah satu per satu data dan fakta yang ada.
Laba Turun, Tapi Masih Sesuai Jalur Target
Di 2Q25, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk (PATMI) BBRI turun 7,8% secara kuartalan (QoQ) dan 8,8% secara tahunan (YoY) menjadi Rp12,6 triliun.
Jika kita akumulasi, total PATMI di semester I 2025 (1H25) mencapai Rp26,3 triliun, atau turun 11,5% YoY. Sebagai perbandingan, pada semester I 2024 (1H24) BBRI masih mampu mencatat kenaikan laba 1% YoY.
Dari sudut pandang pencapaian target tahunan, angka ini setara 45% dari perkiraan laba bersih penuh tahun 2025 baik dari proyeksi internal analis maupun konsensus pasar. Tahun lalu, di periode yang sama, BBRI sudah mencapai 49% dari target tahunan.
Artinya, meskipun laba masih di jalur target, laju pencapaiannya lebih lambat dibanding tahun sebelumnya.
Pendapatan Bunga Naik, NIM Tetap Solid
Di tengah penurunan laba, kabar baik datang dari sisi Net Interest Income (NII) — atau pendapatan bunga bersih.
Pada 2Q25, NII BBRI tumbuh 4,4% QoQ dan 7,6% YoY. Secara kumulatif di 1H25, NII mencapai Rp73,3 triliun, naik 2,8% YoY. Memang, pertumbuhan ini lebih rendah dibanding 1H24 yang naik 9% YoY, tapi tetap menjadi pilar utama pendapatan bank.
Yang menarik, Net Interest Margin (NIM) — indikator seberapa efisien bank mendapatkan margin dari bunga pinjaman dibanding biaya bunga simpanan — justru menguat.
Di 2Q25, NIM naik 20 basis poin (bps) QoQ dan 50 bps YoY menjadi 7,9%.
Kalau dihitung rata-rata 1H25, NIM berada di 7,8%, memang turun 20 bps dari tahun lalu, tapi masih di atas panduan manajemen yang hanya memproyeksikan 7,3%-7,7%.
Kenapa NIM bisa kuat di tengah tantangan? Jawabannya ada pada anak usaha BBRI. Pegadaian dan PNM memberikan imbal hasil yang lebih tinggi, sehingga margin konsolidasi tetap terjaga meski kredit mikro inti melambat.
Pencadangan Masih Tinggi, Biaya Kredit Sedikit Turun
Dalam bisnis perbankan, pencadangan adalah langkah "menyisihkan uang" untuk mengantisipasi kredit macet.
Pada 2Q25, pencadangan BBRI turun 10% QoQ, tapi masih melonjak 41% YoY. Jika dihitung semester I, pencadangan naik 26% YoY, dengan pencadangan khusus untuk pinjaman naik 3,7% YoY.
Akibatnya, Cost of Credit (CoC) — atau biaya kredit terhadap total kredit — turun 10 bps YoY menjadi 3,4%. Meski begitu, angka ini masih sedikit di atas panduan manajemen yang memproyeksikan 3,0%-3,2%.
Artinya, BBRI masih menempatkan "bantalan keamanan" yang tebal untuk menjaga kualitas aset.
Kredit dan Dana Pihak Ketiga Tumbuh Sehat
Dari sisi penyaluran kredit, BBRI tumbuh 3% QoQ, 5% Year-to-Date (YTD), dan 6% YoY. Bahkan, laju YTD ini sudah hampir menyentuh batas bawah proyeksi tahunan manajemen sebesar 7%-9% YoY.
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga positif. Simpanan naik 4,3% QoQ, 9% YTD, dan 6,7% YoY.
Menariknya, pertumbuhan ini ditopang oleh:
-
Current Account (CA) atau giro: naik 11% YTD
-
Time Deposit (TD) atau deposito: naik 14% YTD
-
Saving Account (SA) atau tabungan: naik moderat 2% YTD
Dampaknya, Loan to Deposit Ratio (LDR) konsolidasi sedikit turun menjadi 96,4% dari 97,5% di 1Q25 — menunjukkan likuiditas tetap cukup sehat.
Pegadaian Jadi Bintang Baru
Salah satu cerita sukses BBRI di 2Q25 adalah kontribusi PT Pegadaian.
Kredit Pegadaian naik 9,2% QoQ dan 31,8% YoY menjadi Rp101,5 triliun. Pendorong utamanya adalah kredit beragun emas yang melonjak 38,6% YoY.
Jumlah kredit Pegadaian juga naik 8,5% YoY menjadi 8,4 juta. Ini berbeda dari tren penurunan jumlah peminjam di ekosistem ultra mikro lainnya.
Kontribusi Pegadaian terhadap kredit mikro konsolidasi naik menjadi 16,1% dari sebelumnya 12,4% pada 1H24. Bahkan pangsa pendapatan bunga Pegadaian melonjak ke 12,77% dari 10,27%.
Bersama PNM, Pegadaian berhasil mengerek imbal hasil kredit mikro konsolidasi sebesar 5 bps menjadi 17,9% di 1H25 — membantu mengimbangi tekanan di portofolio mikro BRI sendiri.
Korporasi: Kualitas Aset Membaik
Segmen kredit korporasi juga memberi kabar positif.
Di 1H25, Special Mention Loan (SML) turun ke 3,43% dari 4,11% di 1H24. Non-Performing Loan (NPL) juga turun ke 1,61% dari 3,07%.
Memang, sebagian perbaikan NPL didorong oleh penghapusbukuan (write-off) kredit macet di sektor tekstil sebesar Rp2,6 triliun, atau sekitar 0,9% dari total kredit korporasi. Tapi tren perbaikan kualitas aset tetap terlihat sehat.
Pertumbuhan kredit korporasi pun meningkat jadi 15,6% YoY, lebih tinggi dari 13% di 1Q25.
Pangsa kredit korporasi terhadap total kredit naik dari 18% menjadi 19,7% QoQ.
Mikro: Masih Jadi PR Besar
Di sisi lain, segmen mikro eksklusif BRI — yang selama ini menjadi tulang punggung — masih tertatih.
Pada 1H25, portofolio kredit mikro BRI turun 3,3% YoY. Penurunan paling besar datang dari:
-
Kupedes: -9,2% YoY
-
Briguna: -3,6% YoY
Penyebabnya? Pelemahan permintaan kredit mikro, yang juga tercermin dari penurunan jumlah debitur mikro sebesar 4,6% YoY.
Kontribusi kredit mikro terhadap total kredit turun jadi 44,7% dari 46,6% di 1H24.
Manajemen BBRI sendiri memproyeksikan pertumbuhan mikro stagnan di 2025, dan baru naik moderat sekitar 2% YoY di 2026. Pemulihan penuh diperkirakan butuh waktu hingga dua tahun, karena ada proses pembersihan portofolio yang sedang berjalan.
Yang jadi perhatian, rasio NPL mikro naik menjadi 3,86% di 1H25, dari 2,95% di tahun lalu.
NIM Tetap Tangguh Berkat Anak Usaha
Menariknya, meski segmen mikro melemah, NIM konsolidasi BBRI tetap kuat di 7,8% — bahkan di atas panduan manajemen.
Kuncinya adalah:
-
Imbal hasil tinggi dari Pegadaian dan PNM
-
Biaya pendanaan yang terkendali
Bila disesuaikan dengan faktor non-operasional seperti kerugian modifikasi segmen korporasi sekitar Rp390 miliar dan reklasifikasi premi asuransi sekitar Rp230 miliar, NIM yang "bersih" ada di angka 7,7%, mendekati batas atas proyeksi.
Resume Kinerja BBRI 1H2025
Indikator | 2Q25 | Perubahan QoQ | Perubahan YoY | 1H25 | Perubahan YoY | Catatan Penting |
---|---|---|---|---|---|---|
Laba Bersih (PATMI) | Rp12,6 T | -7,8% | -8,8% | Rp26,3 T | -11,5% | Baru capai 45% dari target FY25 (vs 49% di 1H24) |
Pendapatan Bunga Bersih (NII) | - | +4,4% | +7,6% | Rp73,3 T | +2,8% | Pertumbuhan melambat dari +9% YoY di 1H24 |
Net Interest Margin (NIM) | 7,9% | +20 bps | +50 bps | 7,8% | -20 bps | Masih di atas panduan 7,3%-7,7% |
Pencadangan | - | -10% | +41% | - | +26% | CoC 3,4% (turun 10 bps YoY, tapi di atas panduan 3,0%-3,2%) |
Pertumbuhan Kredit | - | +3% | - | - | +6% | YTD sudah +5%, mendekati batas bawah target 7%-9% YoY |
Dana Pihak Ketiga (DPK) | - | +4,3% | - | - | +6,7% | CA +11% YTD, TD +14% YTD, SA +2% YTD |
LDR Konsolidasi | 96,4% | Turun dari 97,5% | - | - | - | Likuiditas tetap sehat |
Kredit Pegadaian | Rp101,5 T | +9,2% | +31,8% | - | - | Kredit emas +38,6% YoY, kontribusi mikro konsolidasi naik ke 16,1% |
Jumlah Kredit Pegadaian | 8,4 juta | - | +8,5% | - | - | Berbeda dengan tren penurunan di ultra mikro lainnya |
Kredit Mikro Eksklusif BRI | - | - | -3,3% | - | - | Kupedes -9,2% YoY, Briguna -3,6% YoY, debitur mikro -4,6% YoY |
NPL Mikro | - | - | Naik ke 3,86% | - | - | Dari 2,95% di 1H24 |
Kredit Korporasi | - | - | +15,6% | - | - | SML turun ke 3,43%, NPL turun ke 1,61% |
Kesimpulan dan Prospek
Jika kita ibaratkan BBRI sebagai kapal besar, maka saat ini haluannya sedikit melambat karena mesin utama (mikro) butuh perbaikan. Namun, ada mesin cadangan (Pegadaian, PNM, dan segmen korporasi) yang membantu kapal tetap melaju.
Poin positif:
-
Pegadaian dan PNM jadi penyelamat margin
-
Segmen korporasi membaik kualitas asetnya
-
NIM tetap di atas ekspektasi
Poin negatif:
-
Mikro masih tertahan dan butuh waktu pulih
-
NPL mikro naik
-
Laba bersih turun dua digit di semester I
Dengan target harga Rp4.700 dan rekomendasi HOLD/BUY untuk 3-12 bulan, BBRI masih layak dilirik investor jangka menengah-panjang — terutama bagi yang percaya pemulihan mikro akan terjadi dalam 1-2 tahun ke depan.
Disclaimer:Artikel ini disusun berdasarkan data kinerja keuangan BBRI 1H25 yang bersumber dari laporan perusahaan dan analisa internal. Informasi, opini, dan proyeksi yang disampaikan bukan merupakan rekomendasi beli, jual, atau tahan suatu saham. Segala keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca. Pasar modal mengandung risiko, termasuk kemungkinan kehilangan sebagian atau seluruh modal yang diinvestasikan.
0Komentar