Bayangkan Anda sedang menyaksikan sebuah tim sepak bola yang sempat berkali-kali kalah telak dalam sebuah liga. Tiba-tiba, di musim berikutnya mereka mulai menunjukkan permainan yang lebih solid: kekalahan yang dulu besar kini hanya tipis, bahkan sesekali mampu menahan imbang lawan yang jauh lebih kuat. Pertanyaannya, apakah tim ini benar-benar akan bangkit, atau hanya kebetulan sesaat?
Nah, cerita itu mirip dengan perjalanan PT Acset Indonusa Tbk (ACST), salah satu kontraktor besar di Indonesia yang merupakan anak usaha dari grup United Tractors/Astra. Setelah bertahun-tahun mencatatkan kerugian, di kuartal pertama 2025 perusahaan ini mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Tapi, apakah sinyal ini cukup kuat untuk menjadikannya peluang investasi? Mari kita kupas tuntas.
Kinerja Terbaru: Rugi Menyusut Drastis di 1Q25
Data terbaru menunjukkan bahwa ACST berhasil mencatatkan pendapatan Rp713,6 miliar di 1Q25, naik sekitar 30% YoY dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (1Q24: Rp549,8 miliar). Lebih menarik lagi, kerugian bersih perusahaan menyusut drastis menjadi hanya –Rp3,9 miliar, jauh lebih baik daripada –Rp42,5 miliar di 1Q24.
(Sumber: MarketScreener UK, laporan keuangan konsolidasian 1Q25 ACST).
📊 Tabel 1: Kinerja ACST 1Q25 vs 1Q24
Keterangan | 1Q24 (Rp juta) | 1Q25 (Rp juta) | Perubahan YoY |
---|---|---|---|
Pendapatan | 549.863 | 713.613 | +29,8% |
Laba/Rugi Bersih | –42.494 | –3.900 | Rugi menyusut 90,8% |
Interpretasi:
-
Pendapatan naik hampir 30% YoY, menandakan portofolio proyek mulai pulih.
-
Rugi bersih menyusut drastis dari –Rp42,5 miliar ke –Rp3,9 miliar, sinyal efisiensi biaya dan manajemen proyek lebih baik.
Bagi investor pemula, bayangkan sebuah toko yang tadinya tiap bulan rugi Rp42 juta, kini hanya rugi Rp3,9 juta. Itu artinya, ada perbaikan besar dalam operasional toko. Hal yang sama sedang terjadi pada ACST.
Sekilas Tentang FY2024: Luka Lama yang Masih Terlihat
Namun, kita tidak bisa melupakan catatan historisnya. Di tahun penuh 2024, ACST masih membukukan kerugian besar.
-
Pendapatan tahunan: Rp3,17 triliun.
-
Tetapi perseroan tetap mencatat gross loss dan rugi bersih signifikan.
(Sumber: Annual Report ACST 2024, paparan publik hasil FY2024).
Artinya, meski ada pertumbuhan revenue, proyek-proyek yang dikerjakan belum menghasilkan margin yang sehat. Dalam bisnis konstruksi, margin tipis atau negatif bisa terjadi jika biaya membengkak, terjadi keterlambatan proyek, atau ada salah kalkulasi sejak awal tender.
Bagi investor, ini seperti seorang atlet yang baru saja pulih dari cedera panjang. Meski sudah bisa berlari, performa penuhnya belum tentu langsung kembali.
Neraca Keuangan: Ekuitas Negatif Jadi Alarm Utama
Salah satu isu paling krusial yang harus dipahami investor adalah struktur permodalan ACST yang rapuh. Per 31 Maret 2025, laporan posisi keuangan menunjukkan:
-
Total aset: Rp2,80 triliun.
-
Total liabilitas: Rp2,94 triliun.
-
Artinya, ekuitas konsolidasian negatif karena liabilitas lebih besar daripada aset.
(Sumber: Laporan Posisi Keuangan ACST per 31/03/2025).
📊 Tabel 2: Posisi Keuangan ACST per 31 Maret 2025
Keterangan | Nilai (Rp juta) |
---|---|
Total Aset | 2.799.690 |
Total Liabilitas | 2.938.924 |
Ekuitas | Negatif (defisit) |
Interpretasi:
-
Aset Rp2,80 triliun < Liabilitas Rp2,94 triliun → ekuitas konsolidasian defisit.
-
Struktur permodalan masih rapuh, sehingga arus kas proyek harus dikelola ketat agar tidak menambah tekanan.
Dalam bahasa sederhana, kondisi ini seperti seseorang yang punya aset Rp280 juta tapi utangnya Rp294 juta. Kekayaan bersihnya justru minus Rp14 juta. Itulah kondisi ACST saat ini.
Dukungan Astra/United Tractors: Kunci Kelangsungan Bisnis
Di tengah tekanan keuangan itu, ada satu faktor yang membuat ACST masih bisa bertahan: dukungan dari induk usaha, United Tractors (UNTR) dan grup Astra.
Pada April 2025, ACST memperoleh fasilitas pinjaman Rp1 triliun dari UNTR untuk mempertebal likuiditas.
(Sumber: Yahoo Keuangan, keterbukaan informasi ACST).
Dukungan ini menunjukkan bahwa pemegang saham pengendali masih memiliki komitmen kuat menjaga keberlangsungan ACST. Tanpa suntikan dana tersebut, sulit membayangkan ACST bisa menjalankan proyek-proyek barunya dengan lancar. Di sisi lain, investor juga harus mencatat: pinjaman ini menambah beban utang, sehingga manajemen arus kas proyek ke depan akan sangat menentukan.
Sinyal Positif: Ada Harapan di Balik Angka
Jika kita menimbang sisi positifnya, ada beberapa poin penting:
-
Rugi menyusut tajam di 1Q25 → sinyal bahwa strategi efisiensi mulai berjalan.
-
Dukungan pemegang saham pengendali (UNTR/Astra) → akses pendanaan dan peluang proyek dalam ekosistem Astra menjadi modal penting untuk bertahan.
-
Portofolio proyek membaik → manajemen mulai fokus pada segmen yang lebih sehat margin-nya, misalnya proyek data center, fasilitas kesehatan, dan MEP (mechanical, electrical, plumbing).
(Sumber: Annual Report 2024 dan paparan publik ACST).
Bagi investor jangka panjang, kombinasi faktor ini bisa menjadi tanda awal dari sebuah turnaround story.
Risiko Besar yang Masih Menghantui
Namun, jangan sampai kita hanya melihat “setengah gelas penuh”. Ada risiko yang jelas dan tidak bisa diabaikan:
-
Ekuitas negatif → artinya perusahaan secara akuntansi masih defisit.
-
Sejarah rugi di FY2024 → menunjukkan proses pemulihan belum tuntas.
-
Leverage tinggi → tambahan pinjaman Rp1 triliun memang memberi napas segar, tapi juga menambah kewajiban.
Dengan kata lain, ACST saat ini masih berada dalam fase rawan. Kesalahan kecil dalam eksekusi proyek bisa berakibat fatal terhadap arus kas.
Katalis yang Perlu Dipantau Investor
Agar tidak hanya menebak-nebak, ada beberapa katalis kunci yang sebaiknya Anda pantau jika tertarik dengan saham ACST:
-
Laporan keuangan 1H25 dan 9M25 → apakah tren perbaikan berlanjut?
-
Perolehan kontrak baru dengan margin sehat → jangan hanya melihat nilainya, tapi kualitas marginnya.
-
Manajemen modal kerja dan arus kas proyek → apakah Rp1 triliun pinjaman UNTR bisa jadi modal pemulihan, bukan sekadar tambal sulam?
Valuasi: Sulit Dinilai dengan Rasio Konvensional
Bagi investor yang terbiasa menilai saham dengan rasio P/E atau P/B, kasus ACST cukup menantang.
📊 Tabel 3: Valuasi Cepat & Harga Saham ACST (per 21 Agustus 2025)
Keterangan | Nilai | Catatan |
---|---|---|
Harga Saham (21/08/2025) | Rp163 | Sumber: MarketScreener UK |
Kapitalisasi Pasar* | ± Rp1,56 triliun | Asumsi jumlah saham beredar ±9,6 miliar** |
P/E Ratio | Tidak relevan | Karena masih rugi |
P/B Ratio | Tidak relevan | Karena ekuitas konsolidasian negatif |
* Kapitalisasi pasar dihitung: harga saham × jumlah saham beredar.
** Jumlah saham beredar berdasar data publik BEI.
Interpretasi:
-
Saham ACST terlihat “murah” di harga Rp163, tapi bukan berarti undervalued karena kinerjanya masih rugi.
-
Rasio valuasi klasik seperti P/E dan P/B tidak bisa digunakan dalam kasus ini. Investor lebih baik fokus pada potensi turnaround.
Harga Saham ACST: Murah, Tapi Risiko Tinggi
Per 21 Agustus 2025, saham ACST ditutup di Rp163 per lembar.
Sekilas, harga ini terlihat murah jika dibandingkan dengan potensi besar di balik dukungan Astra. Tapi perlu diingat, harga murah belum tentu berarti undervalued. Bisa jadi harga itu mencerminkan risiko tinggi akibat ekuitas negatif dan sejarah kerugian.
Kesimpulan: Turnaround Story dengan Risiko Tinggi
Dari semua data di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa ACST adalah sebuah cerita turnaround. Ada sinyal perbaikan nyata:
-
pendapatan naik,
-
kerugian menyusut drastis,
-
dukungan finansial dari UNTR/Astra.
Namun, risiko struktural juga besar:
-
ekuitas negatif,
-
sejarah kerugian yang masih membayangi,
-
ketergantungan pada pendanaan grup.
Bagi investor yang risk-tolerant dan siap memantau perkembangan laporan kuartalan dengan ketat, ACST bisa jadi peluang spekulatif menarik. Tapi bagi investor konservatif yang lebih suka stabilitas, mungkin lebih bijak menunggu bukti nyata dari profitabilitas sebelum masuk.
Apa yang Harus Dilakukan Investor Selanjutnya?
Jika Anda mempertimbangkan saham ACST, berikut langkah praktis yang bisa diambil:
-
Pantau laporan keuangan 1H25 dan 3Q25.
-
Ikuti berita kontrak baru.
-
Amati manajemen utang Rp1 triliun dari UNTR.
Insight Akhir
Dari ACST mengajarkan kita satu hal penting dalam investasi: kadang saham yang tampak murah menyimpan risiko yang tidak terlihat oleh angka harga saja.
Apakah ACST akan berhasil bangkit jadi perusahaan konstruksi yang sehat kembali? Atau justru tetap terjebak dalam lingkaran rugi? Waktu dan disiplin manajemen akan menjawabnya.
Artikel ini disusun berdasarkan sumber resmi: MarketScreener UK, laporan keuangan ACST 1Q25, Annual Report 2024 ACST, paparan publik, Yahoo Keuangan.
0Komentar