Sebelum transaksi, Laut Biru Teknologi menggenggam 1,61 miliar lembar saham atau sekitar 13,539% kepemilikan di WIRG. Namun, setelah divestasi dua kali beruntun, kini porsi tersebut berkurang menjadi 974,4 juta lembar saham atau setara dengan 8,162%.
Penurunan ini tentu menjadi sorotan pasar. Apalagi, setiap kali investor institusi besar melakukan aksi jual, publik biasanya bertanya-tanya:
-
Apakah ini tanda kepercayaan terhadap saham mulai menurun?
-
Atau justru strategi normal untuk melakukan realisasi keuntungan dan diversifikasi portofolio?
Apakah Investor Ritel Perlu Khawatir?
Bagi investor ritel, aksi ini jangan langsung ditafsirkan negatif. Perlu dipahami bahwa divestasi tidak selalu berarti prospek perusahaan memburuk. Bisa jadi, pemegang saham besar hanya melakukan strategi portofolio, apalagi harga saham WIRG dalam beberapa bulan terakhir cukup volatil.
Yang lebih penting adalah memahami fundamental perusahaan dan bagaimana WIRG menjalankan bisnisnya ke depan.
Sebagai informasi, WIRG dikenal sebagai salah satu pionir dalam teknologi berbasis augmented reality (AR) dan metaverse di Indonesia. Perusahaan ini juga terus melakukan ekspansi produk serta mengembangkan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Untuk ulasan lebih mendalam terkait kinerja keuangan, strategi bisnis, serta peluang masa depan WIRG, Anda bisa membaca artikel utama berikut: 👉 Analisa Fundamental Kondisi Keuangan dan Prospek Saham WIRG
Insight Akhir
Aksi jual saham oleh Laut Biru Teknologi memang cukup signifikan, karena menurunkan kepemilikan mereka dari 13,539% menjadi 8,162%. Namun, hal ini belum tentu menjadi sinyal buruk bagi investor ritel.
Kuncinya adalah tetap fokus pada fundamental perusahaan, bukan sekadar mengikuti pergerakan jangka pendek dari pemegang saham besar.
Dalam dunia investasi, memahami cerita bisnis dan prospek jangka panjang jauh lebih penting daripada sekadar melihat siapa yang jual atau beli di pasar.
0Komentar