Ketika kita berbicara soal PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), hampir semua orang langsung teringat pada produk legendarisnya, Tolak Angin. Namun, di balik merek yang sudah begitu melekat di masyarakat, kinerja finansial SIDO sejatinya penuh dinamika. Terbukti pada data Analisa Fundamental dan Laporan Keuangan Saham SIDO Q1 2025 menjadi bukti bahwa perjalanan bisnis tidak selalu lurus ke atas, melainkan berliku sesuai dengan kondisi pasar, cuaca, dan daya beli konsumen.
Dalam artikel ini, kita akan membedah kinerja kuartal II 2025 (2Q25) SIDO, yang ternyata penuh kejutan positif, meskipun prospek setahun penuh tetap disesuaikan lebih hati-hati. Jika Anda seorang investor pemula, jangan khawatir—kita akan bahas data dan analisa ini dengan logika yang mudah dipahami, tapi tetap on-substansi. Mari kita mulai.
Laba Bersih Melonjak 69% YoY di 2Q25
Kabar baik pertama datang dari sisi laba bersih. SIDO mencatat Rp369 miliar laba bersih pada 2Q25, melonjak 69% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY). Lonjakan ini membuat laba bersih semester I 2025 (1H25) mencapai Rp600 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan tahun lalu, angka ini justru turun 1% YoY.
Sekilas mungkin membingungkan: mengapa kuartal II melonjak besar, tapi akumulasi semester I tetap turun? Jawabannya sederhana: kinerja kuartal I 2025 (1Q25) lebih lemah, sehingga meski kuartal II sangat baik, secara total semesteran masih sedikit tertekan.
Menariknya, capaian laba bersih semester I ini setara 53% dari konsensus setahun penuh, dan bahkan melampaui proyeksi internal Pareto Saham sebesar 58%. Sebagai perbandingan, rata-rata pencapaian historis tiga tahun terakhir hanya sekitar 52%. Artinya, performa SIDO pada paruh pertama tahun ini masih relatif sehat.
Penjualan Naik 23% YoY, Herbal Jadi Bintang Utama
Dari sisi penjualan, SIDO berhasil mencatatkan pertumbuhan 23% YoY pada 2Q25, atau melonjak 32% dibandingkan kuartal sebelumnya (QoQ). Pendorong utama datang dari segmen obat herbal, yang mencatatkan pertumbuhan luar biasa: 97% QoQ dan 47% YoY.
Lonjakan ini bukan tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang mendukung:
Restocking pasca-Ramadan, terutama di jalur distribusi grosir dan pasar tradisional.
Musim hujan yang lebih panjang dari biasanya, membuat masyarakat lebih banyak mengonsumsi produk herbal untuk menjaga daya tahan tubuh.
Namun, pola cuaca yang sama justru menjadi pedang bermata dua. Produk minuman energi (F&B) mengalami penurunan penjualan 11% YoY di 2Q25. Konsumen tampaknya mengurangi konsumsi minuman energi karena cuaca yang cenderung lebih dingin.
Sebaliknya, segmen produk susu dan kopi tetap menunjukkan performa solid dengan pertumbuhan dua digit.
Jika dilihat berdasarkan wilayah penjualan:
Domestik: naik 25% YoY.
Ekspor: hanya tumbuh 5%, melambat dibandingkan periode sebelumnya.
Data ini menunjukkan bahwa motor utama pertumbuhan SIDO masih bertumpu pada pasar dalam negeri.
Efisiensi Biaya: Operasional Turun 18% YoY
Selain penjualan yang meningkat, faktor lain yang mendongkrak laba SIDO adalah efisiensi biaya. Pada 2Q25, biaya operasional turun 18% YoY, berbeda jauh dengan kuartal sebelumnya (1Q25) yang justru naik 2%.
Penurunan ini terjadi karena:
Biaya Advertising & Promotion (A&P) berkurang, hasil dari alokasi anggaran triwulanan yang lebih seimbang.
Biaya tenaga kerja menurun akibat adanya pensiun pegawai senior. Hal ini menghilangkan lapisan karyawan dengan gaji tinggi, sehingga struktur biaya lebih ramping.
Efek langsung dari efisiensi ini terlihat jelas pada margin EBIT, yang naik signifikan:
43,3% di 2Q25,
naik dari 35% di 1Q25,
dan jauh lebih tinggi dibandingkan 30,9% di 2Q24.
Dari sisi margin kotor (GPM), angka juga membaik menjadi 60,5%, naik 8,2 poin QoQ dan 3,7 poin YoY, berkat peningkatan utilisasi pabrik.
Panduan 2025 Diturunkan: Dari >10% Jadi >5%
Meskipun kinerja kuartal II cemerlang, manajemen SIDO justru merevisi panduan kinerja tahun 2025 ke bawah. Target awal pertumbuhan penjualan dan laba bersih lebih dari 10% diturunkan menjadi lebih dari 5% YoY.
Mengapa diturunkan?
Daya beli konsumen melemah pada paruh pertama tahun 2025.
Volume penjualan di 1H25 menurun, sehingga basis pertumbuhan tidak terlalu kuat.
Dengan revisi ini, manajemen SIDO menyiratkan ekspektasi pertumbuhan penjualan sekitar 13% YoY di 2H25. Namun, analis menilai target ini agak terlalu optimis, mengingat tidak adanya "basis rendah" pada semester II 2024 yang bisa membuat pertumbuhan lebih mudah dicapai.
Sebagai perbandingan, proyeksi lebih konservatif justru memperkirakan penjualan setahun penuh bisa turun 1% YoY, dengan pertumbuhan mid-single-digit di 2H25.
Potensi Katalis: Harga Tolak Angin Bisa Naik di 2026
Satu potensi katalis yang menarik adalah kemungkinan kenaikan harga produk Tolak Angin pada awal 2026. Jika benar dilakukan, biasanya distributor akan melakukan pembelian lebih awal pada 4Q25, seperti pola yang pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Namun, peluang ini tetap terbatas karena:
Kondisi daya beli konsumen saat ini sedang lemah.
Volume penjualan 1H25 turun, sehingga sulit berharap lonjakan besar hanya dari efek restocking distributor.
Artinya, meskipun ada peluang kenaikan penjualan di akhir 2025, kontribusinya mungkin tidak terlalu signifikan.
Proyeksi dan Valuasi
Analis menaikkan proyeksi laba bersih SIDO untuk periode 2025–2027F sebesar 11%-12%, dengan asumsi peningkatan penjualan dan margin.
Namun, khusus untuk tahun 2025, proyeksi masih menunjukkan penurunan laba bersih sebesar 2% YoY, yang sebenarnya sejalan dengan konsensus pasar.
Jika kita tarik ke gambaran lebih luas, SIDO saat ini sedang berada di fase transisi: memperbaiki margin lewat efisiensi biaya, sambil menghadapi tantangan dari daya beli konsumen dan pertumbuhan ekspor yang melambat.
Apa Artinya Bagi Investor?
Bagi investor pemula, data ini memberi beberapa pelajaran penting:
Jangan hanya lihat headline laba. Meski laba kuartal II naik 69% YoY, tapi secara semesteran masih turun 1%. Selalu cek konteks penuh.
Efisiensi bisa sama pentingnya dengan penjualan. Turunnya biaya operasional 18% YoY berkontribusi besar pada kenaikan margin.
Guidance manajemen penting diperhatikan. Revisi target dari >10% menjadi >5% menunjukkan perusahaan lebih realistis menghadapi pasar.
Potensi katalis masa depan (harga produk) bisa jadi pemicu pertumbuhan, tapi jangan terlalu bergantung pada faktor eksternal semata.
Insight Akhir
Kinerja SIDO pada 2Q25 menunjukkan rebound kuat, terutama berkat segmen herbal yang pulih pasca-Ramadan dan musim hujan yang lebih panjang. Laba bersih melonjak 69% YoY, margin membaik, dan efisiensi biaya berhasil menekan beban operasional.
Namun, manajemen tetap berhati-hati dengan menurunkan panduan pertumbuhan setahun penuh, dari >10% menjadi >5%. Hal ini menunjukkan SIDO sadar akan tantangan daya beli konsumen dan dinamika pasar di semester II.
Sebagai investor, memahami dinamika seperti ini sangat penting. SIDO tetap perusahaan defensif dengan brand kuat dan distribusi luas, tetapi jangan lupa—bahkan perusahaan sekuat ini pun tidak kebal terhadap tekanan daya beli dan kondisi makro.
Apakah SIDO masih layak dikoleksi? Jawabannya kembali pada strategi investasi Anda. Jika mencari saham defensif dengan fundamental stabil dan potensi dividen yang baik, SIDO masih menarik. Namun, untuk capital gain jangka pendek, volatilitas kinerja kuartalan bisa jadi faktor yang perlu dicermati.
Kalo kamu mau tau harus entry di harga berapa dan Take Profit di harga berapa. Jangan lupa join Member premium atau beli konten premium Pareto Saham. Silahkan hubungi admin kami di Whatsapp 081226750793
Footnote & Referensi
Data kinerja keuangan SIDO 2Q25 dari yang dipublish oleh IDX
Laporan konsensus analis pasar, Bloomberg & internal Pareto Saham
Artikel sebelumnya: Analisa fundamental dan kinerja laporan keuangan Saham SIDO Q1 2025.
0Komentar