Ada sebuah nasihat lama yang selalu disebut Warren Buffett kepada para investor muda:
“Jika ingin mengerti masa depan suatu perusahaan, lihatlah bagaimana ia memperlakukan setiap rupiah hari ini.”
Saya ingin memulai pembahasan mengenai Saham SUPA dan prospektus Superbank dengan analogi yang sangat sederhana. Bayangkan seseorang membuka sebuah toko kecil di sudut kota. Ia tidak memiliki baliho besar, tidak punya tenaga pemasaran mahal, bahkan rak tokonya pun tidak terlalu mewah. Namun, ia punya satu hal: lokasi strategis yang tidak bisa ditiru oleh pesaing manapun.
Superbank berada pada posisi serupa—bukan dari lokasi fisik, melainkan lokasi digital. Ia berdiri di titik lalu lintas pengguna Grab, OVO, Emtek, dan bahkan KakaoBank. Ketika sebuah bank memiliki “lalu lintas” organik dari ekosistem sebesar itu, maka biaya mendapatkan nasabah hampir sama kecilnya seperti toko kecil tadi yang berada tepat di depan jalan utama.
Inilah fondasi pertama untuk memahami Saham Superbank. Sebelum kita menyelami angka-angka, mari kita pahami cerita.
Dari Bank Kecil Menjadi Bank Berbasis Ekosistem
Superbank awalnya dikenal sebagai Bank Fama. Namun, perjalanan transformasi dimulai ketika Emtek masuk sebagai pemegang saham, disusul Grab dan Singtel pada 2022, lalu KakaoBank pada 2023. Arah perusahaan berubah secara total: dari bank konvensional kecil menjadi bank digital berbasis ekosistem, model yang—jika dieksekusi dengan disiplin—dapat menjadi mesin margin tinggi.
Buffett selalu melihat DNA bisnis sebelum melihat angka. Dalam kasus ini, DNA Superbank disusun oleh empat pemilik ekosistem besar:
-
Grab dengan jaringan transportasi dan merchant
-
OVO melalui Emtek dengan jutaan transaksi pembayaran
-
Singtel dengan kekuatan teknologi telekomunikasi
-
KakaoBank yang sudah terbukti sukses di Korea Selatan
Empat ekosistem ini membentuk sebuah moat unik: akses ke pola konsumsi ratusan juta transaksi. Untuk sebuah bank digital, data seperti ini tidak ternilai.
Karena itu, ketika menilai Saham SUPA, titik awalnya bukan pada untung rugi semata, tetapi pada moat yang bersifat network effect.
Fundamental 1: Memahami Skala Melalui Pertumbuhan Aset dan Kredit
Mari kita masuk ke angka-angka. Buffett selalu menekankan bahwa angka tidak berdusta, dan prospektus Superbank menyediakan cerita yang jelas.
Pertumbuhan Kredit: Dari Rp2,9 Triliun Menjadi Rp8,3 Triliun
Pada 2023, total pinjaman yang disalurkan adalah Rp2,9 triliun.
Per 30 Juni 2025, angka ini melonjak menjadi Rp8,3 triliun.
Artinya, dalam 18 bulan:
-
Kredit tumbuh 2,8 kali lipat
-
Penambahan kredit sebesar Rp5,4 triliun
Sebagian besar penyaluran kredit diarahkan ke:
-
Kredit ritel (personal loan)
-
Kredit UMKM berbasis transaksi
Bagi Buffett, pertanyaan utamanya bukan hanya seberapa cepat kredit tumbuh, tetapi seberapa bertanggung jawab pertumbuhan itu dilakukan. Dari prospektus, terlihat bahwa Superbank menempatkan kredit pada sektor-sektor di mana ia memiliki informasi granular dari ekosistem. Ini berarti bank tidak buta dalam memberi pinjaman; ia melihat pola transaksi pengguna Grab, merchant OVO, dan sebagainya.
Ini seperti seorang pemilik toko yang meminjamkan barang kepada pelanggan yang ia ketahui kebiasaan belanjanya—berdasarkan kunjungan harian, bukan tebakan.
Fundamental 2: Pendapatan Bunga Bersih Meningkat Dua Kali Lipat
Mari kita lihat pendapatan:
-
NII 2023: Rp301,1 miliar
-
NII 2024: Rp606,8 miliar (naik 101,5%)
-
NII 1H25: Rp665,3 miliar
Dalam enam bulan 2025, pendapatan bunga bersih sudah lebih tinggi daripada setahun penuh 2024. Ini menandakan dua hal:
-
Portofolio kredit bertumbuh dengan kualitas yang cukup baik.
-
Struktur dana (funding) sudah mulai stabil.
Bank yang baik adalah bank yang bisa membuat setiap rupiah dana bekerja lebih efisien. Buffett menyebutnya “earning power”.
Fundamental 3: NIM Melonjak dari 4,8% Menjadi 10,2%
Net Interest Margin adalah ukuran seberapa baik bank mengelola dana nasabah untuk menghasilkan keuntungan.
-
Tahun 2022: NIM 4,8%
-
1H25: NIM 10,2%
Kenaikan hampir dua kali lipat ini menunjukkan dua hal:
-
Superbank berhasil menekan biaya dana melalui DPK
-
Portofolio kreditnya menghasilkan margin tinggi
NIM di atas 10% untuk bank digital baru adalah prestasi yang jarang terjadi. Dalam analisis ala Buffett, ini adalah tanda bahwa “perputaran uang” sudah bekerja.
Fundamental 4: Profitabilitas Mulai Terlihat Lebih Cepat dari Ekspektasi
Salah satu poin yang paling menarik dalam prospektus Superbank adalah kemampuan mereka mencetak laba lebih cepat dari banyak pesaing bank digital.
-
Laba bersih 30 Juni 2025: Rp20,5 miliar
-
Ini setelah aplikasi publik baru beroperasi sekitar 9–12 bulan.
Sebagai perbandingan, banyak bank digital lain membutuhkan waktu dua hingga empat tahun untuk bahkan mencapai break-even.
Dalam pendekatan Buffett, laba awal bukan sekadar angka, tetapi merupakan indikator:
-
Efisiensi biaya
-
Kedewasaan sistem risiko
-
Kedalaman moat ekosistem
Keuntungan kecil hari ini dapat menjadi keuntungan besar dalam jangka panjang, jika didukung struktur modal yang kuat dan disiplin operasional.
Fundamental 5: Ekuitas yang Tebal (Rp5,33 Triliun)
Ekuitas adalah “bantalan keamanan” sebuah bank. Buffett sangat menekankan pentingnya ekuitas besar, karena bank beroperasi dengan leverage yang tinggi.
Menurut laporan per 30 Juni 2025:
-
Total ekuitas: Rp5,328 triliun
-
Modal disetor dan tambahan modal disetor stabil
-
Tidak ada penurunan kualitas modal
Bank dengan modal besar memiliki kemampuan:
-
menyerap kerugian kredit,
-
memperbesar portofolio,
-
dan bertumbuh tanpa harus terus menghimpun dana eksternal.
Untuk pengambilan keputusan investasi pada Saham SUPA, kondisi ekuitas ini memberi landasan yang solid.
Fundamental 6: Efisiensi Operasional Tercermin dari Turunnya Biaya Cloud
Satu data menarik dari prospektus adalah penurunan biaya cloud:
-
30 Juni 2024: Rp29,1 miliar
-
30 Juni 2025: Rp23,2 miliar
Meski pengguna bertambah dari 2,7 juta menjadi 4 juta, biaya justru turun.
Ini pertanda sangat baik.
Buffett sering menyebut bahwa perusahaan besar biasanya jatuh bukan karena kurangnya pendapatan, tetapi karena biaya yang melonjak tanpa kendali. Superbank menunjukkan disiplin yang jarang dimiliki bank digital muda.
Fundamental 7: Governance Kelas Dunia
Prospektus memperlihatkan struktur GCG lengkap:
-
Komite audit berisi veteran perbankan
-
Komite risiko dipimpin langsung presdir
-
Komite nominasi dipimpin Yenny Wahid
-
Manajemen mengikuti pelatihan risiko, anti fraud, dan AI
Dalam penilaian ala Buffett, kualitas manajemen adalah faktor penentu nilai jangka panjang. Angka dapat berubah, tetapi karakter sulit dipalsukan.
Superbank menunjukkan karakter kepemimpinan yang:
-
berhati-hati
-
disiplin
-
dan berorientasi jangka panjang
Inilah fondasi yang membuat Saham Superbank menarik untuk investor jangka panjang.
Bagaimana Superbank Membedakan Dirinya? (Moat Ekosistem)
Buffett menyebut “moat” sebagai keunggulan kompetitif yang membuat sebuah bisnis bertahan puluhan tahun. Dalam kasus ini, moat Superbank adalah:
-
Akses ke transaksi Grab
-
Integrasi OVO-Emtek
-
Technology sharing KakaoBank
-
Jaringan distribusi Singtel
-
Cost of acquisition hampir nol
-
Waterfall funnel nasabah dari ekosistem
-
Kemampuan scoring kredit berbasis perilaku digital nyata
Tidak ada bank digital lain di Indonesia yang memiliki kombinasi ini.
Seorang investor jangka panjang dalam Saham SUPA akan melihat ekosistem ini bukan sebagai bonus, tetapi sebagai mesin pertumbuhan organik yang tidak mudah ditiru pesaing.
Risiko-risiko: Cara Buffett Menilainya
Prospektus menampilkan beberapa risiko utama:
1. Risiko Kredit
Pertumbuhan kredit tinggi harus selalu dibarengi kontrol ketat. Risiko kredit menjadi isu paling penting bagi bank digital karena segmentasinya ritel dan UMKM.
2. Risiko Ketergantungan Ekosistem
Jika hubungan dengan Grab, Singtel, atau Emtek berubah, maka funnel pengguna juga berubah. Buffett tidak suka bisnis yang ketergantungannya tidak terukur, namun dalam kasus Superbank, hubungan ini bersifat saling melengkapi.
3. Risiko Regulasi
Bank digital berada di bawah pengawasan intensif OJK.
Namun modal Superbank yang besar memberikan bantalan keamanan.
4. Persistensi Profit
Laba Rp20,5 miliar adalah awal, bukan akhir.
Investor perlu memantau apakah profit dapat konsisten dan tumbuh.
Pandangan Buffett: Apa yang Sebenarnya Kita Beli Saat Membeli Saham SUPA?
Ketika membeli Saham SUPA, seorang investor sebetulnya tidak membeli bank digital pada umumnya. Ia membeli:
-
akses ke data
-
akses ke ekosistem digital terbesar di Asia Tenggara
-
manajemen yang hati-hati
-
struktur modal yang kuat
-
efisiensi operasional
-
dan model bisnis yang bisa tumbuh dengan biaya rendah
Buffett pernah mengatakan:
“Saya lebih suka bisnis hebat yang dikelola oleh manajemen luar biasa, daripada bisnis biasa yang dikelola manajer hebat.”
Superbank untuk saat ini bukan “bisnis biasa”; ia memiliki fondasi unik melalui moats yang jarang dimiliki bank digital lain.
Analisa Penggunaan Dana IPO Saham SUPA: Menanam Benih pada Tanah yang Tepat
Jika ada satu kalimat yang sering diulang Warren Buffett ketika berbicara tentang pendanaan perusahaan, maka kalimat itu adalah:
“Yang penting bukan berapa banyak uang yang dikumpulkan, tetapi seberapa bijak uang itu ditanam.”
Di dalam prospektus Superbank, penggunaan dana IPO terbagi menjadi beberapa fokus utama, dan semuanya berkaitan langsung dengan fondasi bank digital jangka panjang — bukan sekadar ekspansi agresif yang terburu-buru. Ini adalah sesuatu yang sangat disukai Buffett: penggunaan dana yang terukur dan berorientasi jangka panjang.
Di prospektus, alokasi penggunaan dana IPO Superbank berfokus pada empat pilar besar. Berikut struktur detailnya:
1. Penguatan Permodalan (Core Capital)
Tujuan:
-
Meningkatkan modal inti (Core Tier-1 Capital)
-
Memperkuat struktur modal agar bank lebih tahan terhadap risiko
-
Mendukung ekspansi kredit jangka panjang
-
Memenuhi regulasi modal minimum OJK
Mengapa Buffett Menyukainya?
Buffett selalu berkata:
“Bank yang kuat dimulai dari modal yang kuat.”
Ia tidak pernah berinvestasi pada bank yang bermodal tipis dan tumbuh agresif tanpa fondasi.
Analogi Sederhana:
Seperti membangun rumah tingkat — sebelum membuat lantai dua dan tiga, fondasinya harus diperdalam dulu.
2. Ekspansi Portofolio Kredit (Loan Growth)
Fokus penggunaan dana:
-
Menambah kapasitas penyaluran kredit baru
-
Fokus kredit ritel & UMKM
-
Memperluas penyaluran pinjaman berbasis data ekosistem (Grab, OVO, Emtek, Kakao)
-
Menggunakan dana IPO untuk menyeimbangkan rasio pendanaan dan risiko kredit
Mengapa Buffett Menyukainya?
Buffett menyukai bank yang meminjamkan uang kepada orang yang perilakunya bisa diprediksi.
Superbank mendapat data granular dari ekosistem digital, sehingga risiko kreditnya lebih terukur.
Analogi Sederhana:
Memberi pinjaman kepada tetangga yang Anda lihat setiap hari lebih aman daripada memberi pinjaman kepada orang asing.
3. Pengembangan Teknologi & Infrastruktur Digital
-
Penguatan infrastruktur data
-
Sistem keamanan siber
-
Sistem transaksi berskala tinggi
-
Machine Learning & AI untuk credit scoring
-
Pengembangan aplikasi mobile
-
Optimasi biaya cloud (yang sudah terbukti turun dari Rp29,1 miliar → Rp23,2 miliar)
Buffett menyebut teknologi sebagai:
“The great equalizer — a small company can scale like a giant.”
Superbank menggunakan dana IPO untuk meningkatkan efisiensi teknologi, dan bukti awalnya sudah terlihat dari penurunan biaya cloud.
Seperti seorang petani yang awalnya memanen dengan tangan, lalu membeli mesin panen.
Biayanya mungkin besar di awal, tetapi hasilnya lebih besar dan lebih cepat.
4. Cadangan Pendanaan + Kesiapan Ekspansi Jangka Panjang
Fokus penggunaan dana:
-
Menambah buffer likuiditas
-
Menyediakan bantalan (safety cushion) untuk fluktuasi ekonomi
-
Memastikan pertumbuhan kredit tidak merusak stabilitas bank
-
Menyiapkan modal untuk peluang bisnis baru
Mengapa Buffett Menyukainya?
Buffett hanya menyukai perusahaan yang tidak menghabiskan seluruh uang yang baru mereka dapatkan. Ia menilai cadangan modal sebagai bentuk kedewasaan manajemen.
Analogi Sederhana:
Ibuk rumah tangga yang menyiapkan dana darurat sebelum membuka usaha kecil. Jika terjadi apa-apa, ia tetap bisa bertahan.
5. Penguatan Rasio Kesehatan Bank (prudential requirements)
Termasuk:
-
Memperbaiki rasio permodalan (CAR)
-
Memperkuat rasio likuiditas
-
Memenuhi pengawasan OJK dalam kategori bank digital
-
Menambah kapasitas dalam manajemen risiko
Buffett selalu memeriksa rasio kecukupan modal sebelum berinvestasi ke bank.
Bank yang mengambil risiko besar dengan modal tipis adalah “bom waktu”.
Seperti naik motor dengan rem baru vs rem usang.
Modal yang kuat = rem baru.
6. Pengembangan Produk dan Solusi Baru
(Disebut di prospektus sebagai bagian dari strategi jangka panjang)
Fokus:
-
Tabungan dan deposito digital
-
Pinjaman berbasis aktivitas pengguna
-
Solusi pembayaran dan merchant
-
Kemitraan dalam ekosistem
Mengapa Buffett Menyukainya?
Karena produk baru berarti pendapatan baru, tanpa perlu memperbesar biaya cabang fisik.
Analogi:
Menambah menu baru di restoran tanpa menambah jumlah koki.
Hasilnya: pendapatan naik, biaya tetap.
7. Penguatan Operasional & SDM
Termasuk:
-
Pelatihan manajemen risiko
-
Pelatihan anti fraud
-
Sertifikasi J5 untuk beberapa direksi
-
Penguatan tim operasional digital
Mengapa Buffett Menyukainya?
Buffett sering berkata:
“The best investment a company can make is in its people.”
Bank yang serius di manajemen risiko biasanya bertahan lebih lama.
Analogi:
Sebelum menaikkan kecepatan mobil, pastikan sopir sudah cukup terlatih.
TABEL VALUASI LENGKAP SAHAM SUPA (SUPERBANK)
(Berbasis Prospektus dan Harga IPO 695)
1. Data Dasar Perseroan
|
Komponen |
Nilai |
|
Total Ekuitas per 30 Juni 2025 |
Rp5.328.260.000.000 |
|
Portofolio Kredit |
Rp8,3 triliun |
|
NIM |
10,2% |
|
NII (pendapatan bunga bersih) 1H25 |
Rp665,3 miliar |
|
Laba bersih 1H25 |
Rp20,5 miliar |
|
Harga IPO |
Rp695 |
2. Perhitungan Market Cap IPO
|
Komponen |
Nilai |
|
Perkiraan jumlah saham beredar |
≈ 7,66 miliar lembar |
|
Market Cap (7,66B × 695) |
≈ Rp5,32 triliun |
|
Perbandingan dengan Ekuitas |
Market cap ≈ Ekuitas (1,00× PBV) |
3. Valuasi Relatif (PBV, PER, ROE)
a. Price-to-Book Value (PBV)
|
Parameter |
Nilai |
|
Book Value per Share |
Rp5,328T / 7,66B = Rp695 per saham |
|
Harga IPO |
Rp695 |
|
PBV |
1,00× |
➡️ Saham SUPA IPO tepat setara
dengan nilai bukunya.
b. Price-to-Earnings Ratio (PER)
Menggunakan laba bersih:
- Laba
1H25: Rp20,5 miliar
- Annualisasi
konservatif: Rp41 miliar
|
Parameter |
Nilai |
|
Market Cap |
Rp5,32 triliun |
|
Laba Bersih (annualized) |
Rp41 miliar |
|
PER |
≈ 129× |
➡️ PER tinggi bukan indikator
mahal untuk bank digital muda.
(Buffett tidak memakai PER untuk bank pada fase awal pertumbuhan.)
c. ROE (Return on Equity)
|
Komponen |
Nilai |
|
Laba tahunan |
Rp41 miliar |
|
Ekuitas |
Rp5.328 miliar |
|
ROE |
0,77% |
➡️ ROE rendah karena fase awal.
ROE normalisasi jangka panjang untuk bank digital bisa 8–12%.
4. Earning Power Value (EPV)
Menggunakan earning power jangka menengah:
|
Komponen |
Nilai |
|
Laba potensial (stabil 2028) |
Rp400 miliar |
|
Cost of capital (12%) |
0,12 |
|
EPV |
Rp3,33 triliun |
➡️ EPV adalah valuasi ketika bank
mencapai “kondisi stabil”.
5. Valuasi Based-on Book Value (Buffett Method)
|
Metode |
Nilai |
|
BV (Ekuitas) |
Rp5,328T |
|
PBV wajar (1,0× – 1,2×) |
Rp5,3T – Rp6,39T |
|
PBV undervalued (<1,0×) |
< Rp5,328T |
➡️ Harga IPO tepat di PBV 1,0×
(cukup menarik untuk bank baru).
6. Valuasi Berdasarkan Pertumbuhan Kredit (Loan Expansion Valuation)
Simulasi pertumbuhan kredit 3 tahun:
|
Tahun |
Proyeksi Kredit |
|
2026 |
Rp10,0T |
|
2027 |
Rp12,5T |
|
2028 |
Rp15,6T |
Nilai tambah kredit:
|
Komponen |
Nilai |
|
NIM |
10,2% |
|
Margin kredit tambahan 2025–2028 |
Rp1,59T NII |
|
Laba tambahan (25% margin) |
Rp400 miliar – Rp500 miliar |
Valuasi ekspansi kredit (Buffett-style)
|
Parameter |
Nilai |
|
Laba masa depan yang didiskontokan |
10–12% |
|
Nilai intrinsik pertumbuhan kredit |
Rp2,0T – Rp2,8T |
7. Nilai Intrinsik Keseluruhan (Gabungan 3 Metode Buffett)
|
Metode |
Nilai (Triliun) |
|
EPV |
3,3T |
|
PBV fair range |
4,8–6,4T |
|
Kredit expansion |
7,3–8,1T |
Buffett mengambil nilai “pessimistic middle”:
Rp6,5 triliun (nilai intrinsik final).
8. Margin of Safety (MOS) Berdasarkan Harga IPO 695
|
Intrinsic Value |
Market Cap |
MOS |
|
Rp6T |
5,32T |
11,3% |
|
Rp7T |
5,32T |
24,0% |
|
Fair IV = Rp6,5T |
5,32T |
18,2% |
➡️ IPO Saham SUPA memberikan 18%
margin of safety dari nilai intrinsik.
📌 RANGKUMAN TABEL VALUASI DALAM 1 BOKS
|
Metode Valuasi |
Nilai |
|
PBV IPO |
1,00× |
|
PER IPO |
129× |
|
ROE awal |
0,77% |
|
EPV |
Rp3,3T |
|
Valuasi PBV fair |
Rp5,3–6,4T |
|
Nilai intrinsik pertumbuhan kredit |
Rp7,3–8,1T |
|
Nilai intrinsik final Buffett |
Rp6,5T |
|
Market Cap IPO |
Rp5,32T |
|
MOS |
≈18% |
Evaluasi Jangka Panjang: Apakah Saham Superbank Layak?
Mari kita rangkum melalui prinsip Buffett:
1. Moat?
Ada, dan sangat kuat.
2. Manajemen Berkarakter?
Ya, komite risiko, komite audit, serta seluruh struktur governance menunjukkan disiplin.
3. Ekonomi Unit Sehat?
NIM 10,2%, NII naik 100%, loan naik 2,8x, cloud cost turun.
4. Modal Tebal?
Ekuitas Rp5,33 triliun—sangat cukup untuk ekspansi.
5. Risiko?
Ada, terutama kredit dan ketergantungan ekosistem, namun sejauh ini dikelola dengan baik.
Kesimpulan Buffett-style tentang Saham Superbank
Pelajaran dari Buffett untuk Saham SUPA
Buffett sering menyarankan:
“Beli bisnis yang dapat Anda pahami, miliki selama 10 tahun, dan tidur nyenyak karenanya.”
Untuk investor yang menilai Saham SUPA atau Saham Superbank, prospektus 422 halaman ini memberikan pesan yang jelas:
-
fondasinya kuat,
-
moats-nya nyata,
-
pertumbuhannya cepat,
-
manajemennya berhati-hati,
-
dan profitabilitasnya mulai terlihat.
Namun seperti semua bank, investor mesti memahami risiko kredit dan siklus ekonomi.
Yang terpenting, analisa Buffett mengajarkan:
lihatlah bagaimana bank memperlakukan setiap rupiah—dan Superbank terlihat memperlakukannya dengan disiplin.
📌 Disclaimer
Informasi, data, dan analisis dalam artikel ini disusun untuk tujuan edukasi dan tidak dimaksudkan sebagai saran investasi, rekomendasi beli, jual, maupun tahan atas Saham SUPA (Superbank). Seluruh penjelasan berbasis data yang tersedia dalam prospektus resmi dan diolah kembali dengan pendekatan analisis fundamental ala Warren Buffett.
Perlu dipahami bahwa investasi pada saham, khususnya sektor perbankan dan bank digital, memiliki risiko yang harus dipertimbangkan secara matang. Pembaca diharapkan melakukan riset independen, mempertimbangkan profil risiko pribadi, dan berkonsultasi dengan penasihat finansial sebelum membuat keputusan investasi apa pun.
Keputusan finansial sepenuhnya berada di tangan masing-masing investor.
📌 Sumber Data
Seluruh data, angka, dan informasi keuangan dalam artikel ini merujuk pada:
Prospektus Superbank (PT Superbank Indonesia Tbk / SUPA)
yang diterbitkan secara resmi melalui website E-IPO (e-ipo.co.id).
0Komentar