Analisa Saham PGAS Q2 2025

Ada sebuah pepatah dalam dunia investasi: “Angka boleh terlihat kaku, tapi di baliknya ada cerita.” Begitulah cara kita membaca kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) di kuartal II-2025. Jika hanya sekilas menatap laporan keuangannya, kita mungkin akan bingung—pendapatan stagnan, volume distribusi gas menurun, tetapi anehnya laba justru naik. Seperti melihat sebuah restoran yang jumlah pelanggan berkurang, tetapi keuntungan tetap bertambah. Bagaimana bisa? Mari kita bedah perlahan Analisa Fundamental Saham PGAS.


Pendapatan Stabil, Laba Justru Naik

Pada kuartal II-2025, PGAS mencatat pendapatan sebesar US$971 juta. Angka ini naik 9% YoY dibandingkan periode sama tahun lalu, tetapi relatif stagnan dibandingkan kuartal sebelumnya. Kalau kita tarik ke semester pertama (6M25), total pendapatan mencapai US$1,9 miliar atau tumbuh 5% YoY.

Sekilas, pertumbuhan ini tidak terlalu spektakuler, tapi ada detail menarik. Volume distribusi gas PGAS justru turun 7% QoQ. Artinya, gas yang mereka jual ke pelanggan sebenarnya berkurang. Namun, PGAS berhasil menjaga pendapatan tetap stabil karena ada kenaikan ASP (Average Selling Price) sebesar 9% QoQ.

Analogi sederhananya:

Bayangkan seorang pedagang bakso. Hari ini dia menjual 90 mangkok, padahal biasanya 100 mangkok. Namun karena harga per mangkok dinaikkan, pendapatannya tidak turun, bahkan bisa tetap sama. Begitulah strategi PGAS.

Peningkatan ASP ini terjadi karena adanya pengalihan gas HGBT (Harga Gas Bumi Tertentu). Sebelumnya, sebagian gas ini dialokasikan ke pabrik pupuk dengan harga lebih murah. Namun karena pabrik tersebut melakukan perawatan, gas dialihkan ke pelanggan lain dengan harga non-HGBT, alias lebih tinggi.


Margin Naik, Laba Mengikuti

Di sisi biaya, PGAS memang menghadapi kenaikan. Biaya distribusi gas naik 4% QoQ. Tapi kenaikan ASP jauh lebih besar sehingga margin ikut terdongkrak.

Margin distribusi gas meningkat 32% QoQ, dari US$1,5/mmbtu menjadi US$2,0/mmbtu. Jika kita tarik ke semester pertama, margin berada di level US$1,7/mmbtu. Angka ini masih sesuai panduan manajemen (US$1,6–1,8/mmbtu), meskipun di bawah perkiraan analis sebesar US$1,9/mmbtu.

Kenaikan margin ini langsung terasa pada kinerja laba operasional. EBITDA di 2Q25 mencapai US$232 juta (+13% QoQ, +1% YoY). Jika dihitung sepanjang semester, EBITDA berada di angka US$437 juta, sayangnya masih -15% YoY.

Namun, yang lebih menarik adalah laba bersih inti. Pada kuartal II, laba inti naik 10% QoQ menjadi US$81 juta (+30% YoY). Jika ditotal 6M25, laba inti PGAS mencapai US$155 juta, memang turun -15% YoY, tetapi masih sesuai ekspektasi analis.

Analogi sederhananya:

Kondisi ini ibarat seorang petani yang hasil panennya lebih sedikit, tapi karena harga gabah naik cukup tinggi, keuntungan yang ia bawa pulang justru bertambah.


Tantangan Pasokan Gas: “Dapur” PGAS yang Mulai Berkurang Bahan Baku

Meski laba meningkat, ada tantangan besar yang menghantui PGAS: pasokan gas. Sepanjang 2025, volume distribusi gas terus menurun karena pasokan dari Blok Corridor—sumber gas pipa terbesar perusahaan—berkurang.

Berdasarkan kontrak GSPA terbaru, pasokan Corridor yang sempat mencapai 410 bbtud pada 2024, diperkirakan turun tajam 12%-34% menjadi hanya 129-271 bbtud pada periode 2025–2028F.

Ini ibarat restoran yang dapurnya bergantung pada satu pemasok daging. Jika pemasok itu mengurangi pasokan, meski pelanggan tetap datang, restoran akan kesulitan memenuhi permintaan.

Untuk menutup kekurangan, pada Juli 2025 PGAS memperoleh tambahan pasokan:

  • 27 bbtud dari Blok West Natuna

  • 1–3 bbtud dari Medco E&P Indonesia

Tambahan ini membuat volume distribusi naik 4% MoM, sehingga total volume 7M25 mencapai 834 bbtud, hanya -1% YoY, meski masih 4% di bawah panduan perusahaan.


Solusi LNG: Antara Harapan dan Tantangan

Karena pasokan gas pipa makin menipis, PGAS mulai melirik LNG (Liquefied Natural Gas). Sejak akhir 2024, perusahaan sudah membeli dua kargo spot LNG untuk distribusi.

Pada 2025, targetnya adalah membeli 11–12 kargo (sekitar 15% dari bauran gas). Hingga semester I, sudah ada 6 kargo yang diamankan. Masalahnya, sebagian besar LNG ini berasal dari pasar spot yang harganya jauh lebih mahal dibandingkan kontrak jangka panjang.

Ke depan, ketergantungan pada LNG tampaknya tidak bisa dihindari. Pasalnya, sebagian besar cadangan gas baru Indonesia berada di wilayah timur (Papua, Maluku), sementara permintaan terbesar ada di Jawa dan Sumatra. Artinya, distribusi harus melalui LNG, bukan pipa.


Penyesuaian Proyeksi: Margin Turun, Tapi Laba Tetap Naik

Setelah melihat hasil 2Q25, analis menyesuaikan proyeksi ke depan. Beberapa poin penting:

  1. Volume distribusi gas FY25–27F dinaikkan 3%, seiring tambahan 27 bbtud dari West Natuna.

  2. Margin distribusi diturunkan 2–3% ke level US$1,8/mmbtu (dari sebelumnya US$1,9/mmbtu). Penyesuaian ini wajar karena kinerja 1H25 memang menunjukkan margin di batas atas panduan manajemen.

  3. Volume transmisi dinaikkan signifikan 14–38% FY25–27F, karena kinerja 1H25 lebih baik dari perkiraan.

  4. Biaya tol diturunkan tipis 2–3%.

Secara keseluruhan, penyesuaian ini membuat proyeksi laba inti FY25–27F naik 3–17%. Namun, angka ini masih di bawah konsensus analis pasar. Alasan utamanya jelas: risiko penurunan volume distribusi gas masih tinggi jika pasokan tambahan belum benar-benar terjamin.


Apa Artinya Bagi Investor Ritel?

Jika Anda seorang investor pemula, mungkin data di atas terlihat rumit. Mari kita sederhanakan.

  1. PGAS saat ini sedang menghadapi masalah bahan baku (pasokan gas).
    Gas dari Blok Corridor yang selama ini jadi tulang punggung mulai berkurang drastis. PGAS sudah mencari alternatif (West Natuna, Medco, LNG), tapi sifatnya masih sementara.

  2. Meskipun ada masalah pasokan, keuntungan justru bisa naik karena harga gas lebih tinggi.
    Sama seperti pedagang yang kehilangan sebagian stok, tapi karena harga jual dinaikkan, keuntungan tetap bisa dipertahankan.

  3. Ke depan, PGAS mungkin semakin bergantung pada LNG.
    Ini baik untuk menjaga suplai, tapi ada konsekuensi: harga LNG lebih mahal jika hanya mengandalkan pasar spot. Kontrak jangka panjang akan sangat penting agar biaya bisa lebih terkendali.

  4. Secara fundamental, PGAS masih mencatatkan laba dan cashflow positif.
    Tetapi risiko jangka menengah tetap ada: pasokan gas yang terbatas bisa menekan volume distribusi, meski harga naik.


Insight Akhir - Sikap Cermat adalah Kunci

Dari hasil 2Q25, PGAS menunjukkan kemampuan adaptasi. Volume turun, harga naik, margin melebar, laba tumbuh. Namun, investor tidak boleh terlena. Di balik kinerja laba yang meningkat, ada persoalan pasokan yang belum sepenuhnya teratasi.

Bagi investor jangka panjang, PGAS saat ini ibarat kapal besar yang sedang mengubah jalur pelayaran. Tujuannya masih jelas—menjadi tulang punggung distribusi gas nasional—tapi jalurnya penuh gelombang: pasokan Corridor menurun, kebutuhan LNG meningkat, dan efisiensi harus dijaga.

Apakah PGAS menarik untuk dipegang? Jawabannya bergantung pada profil risiko Anda. Jika Anda tipe investor yang siap bersabar, melihat peluang LNG jangka panjang, PGAS bisa jadi pilihan. Namun jika Anda mencari pertumbuhan yang cepat dan stabil, risiko pasokan mungkin membuat saham ini terasa berat.

Sikap paling bijak saat ini adalah tetap cautious, alias berhati-hati. Perhatikan perkembangan kontrak LNG jangka panjang dan update pasokan tambahan gas. Karena dalam investasi, sama seperti dalam hidup, bukan hanya soal seberapa cepat kita melangkah, tapi juga seberapa aman jalannya.


Sumber Data

¹ PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) – Laporan keuangan interim kuartal II 2025 (2Q25) dan paparan publik manajemen.
² Kementerian ESDM Republik Indonesia – Informasi terkait kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) dan kontrak pasokan gas domestik.
³ SKK Migas – Data perkembangan pasokan gas pipa, termasuk penurunan produksi Blok Corridor dan tambahan pasokan dari West Natuna serta Medco E&P Indonesia.
Keterangan Manajemen PGAS – Strategi bauran LNG domestik, target 11–12 kargo LNG tahun 2025, serta realisasi 6 kargo hingga semester I.
Konsensus dan Estimasi Analis Pasar (Sell-side Research Reports, 2025) – Proyeksi volume distribusi, margin distribusi gas, volume transmisi, dan revisi estimasi laba inti FY25–27F.


Disclaimer

¹ Artikel ini disusun berdasarkan data publik yang tersedia dari laporan keuangan PGAS 2Q25, panduan manajemen, serta estimasi analis pasar.
² Seluruh informasi dan angka yang disajikan bertujuan untuk edukasi dan referensi analisa, bukan merupakan rekomendasi jual atau beli saham.
³ Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca. Pasar saham memiliki risiko, termasuk risiko kehilangan sebagian atau seluruh modal.
⁴ Penulis tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang mungkin timbul dari penggunaan informasi dalam artikel ini.