Analisa Saham ERAA Terbaru 2025 Setelah Rilis Laporan Keuangan

Bayangkan kamu sedang berdiri di tengah pusat perbelanjaan besar. Di sekitarmu, toko-toko elektronik ramai oleh orang-orang yang penasaran dengan produk terbaru. Beberapa menenteng kantong belanja dengan wajah puas, sebagian lagi sibuk bertanya ke staf toko tentang iPhone model terbaru.

Nah, di balik semua hiruk pikuk itu, ada satu perusahaan yang berada di balik layar—Erajaya Swasembada (ERAA). Mereka bukan hanya penjual ponsel. ERAA adalah salah satu pemain ritel terbesar di Indonesia untuk produk-produk teknologi, dari HP, laptop, aksesori, hingga brand-brand lifestyle seperti JD Sports dan bahkan mobil listrik Xpeng.

Tapi tunggu dulu, kenapa kita membahas ERAA sekarang?

Karena di balik laporan keuangannya yang baru saja keluar, ada cerita menarik—dan peluang investasi yang mungkin belum banyak orang sadari.


Kenapa Laba ERAA Turun? Apa Artinya Buat Investor?

Di kuartal pertama tahun 2025 (1Q25), ERAA mencatatkan laba bersih Rp203 miliar. Kalau kita bandingkan, angka ini turun 16% dibanding kuartal sebelumnya, dan 20% dibanding tahun lalu. Turun cukup dalam, ya?

Tapi tenang dulu. Penurunan ini bukan karena bisnisnya buruk, tapi karena… belum ada iPhone 16 saat itu!

Biasanya, penjualan iPhone sangat memengaruhi performa kuartalan ERAA. Di kuartal pertama ini, belum ada peluncuran iPhone 16. Itu artinya, masyarakat belum berbondong-bondong datang ke toko untuk membeli model terbaru.

Akibatnya:

  • Penjualan HP turun 9% YoY.

  • Volume unit ponsel yang terjual turun 15%.

  • Tapi menariknya, harga jual rata-rata (ASP) naik 7%! Kenapa? Karena ada peluncuran HP-HP premium seperti Samsung S25 dan Honor Magic V3.

Nah, kalau kita lihat lebih dalam, ternyata penjualan non-Apple seperti Samsung dan Xiaomi masih tumbuh 13% YoY. Artinya, ekosistem produk ERAA tetap kuat—tidak hanya bergantung pada Apple.


Apa Sebenarnya yang Diharapkan dari iPhone 16?

Peluncuran iPhone 16 dimulai dari pre-order tanggal 28 Maret. Dan hasilnya?

Boom! Penjualan iPhone 16 dalam dua minggu pertama 1,5 kali lebih tinggi dibanding iPhone 15.

Ini kabar besar. Karena ini bisa jadi sinyal kuat kalau kuartal kedua (2Q25) nanti, ERAA akan menikmati pertumbuhan penjualan ponsel dua digit. Jadi kalau kamu melihat laporan keuangan kuartal pertama turun, bisa jadi itu hanyalah jebakan Batman—dan kuartal berikutnya justru jadi titik balik.

Yang lebih menarik lagi, ERAA tidak khawatir iPhone 16 akan mengkanibal penjualan iPhone 17 di akhir tahun. Kenapa?

Karena kebiasaan konsumen Apple itu unik: banyak yang upgrade tiap dua tahun. Jadi yang punya iPhone 14 bakal naik ke 16, dan yang baru beli iPhone 15 tahun lalu kemungkinan besar akan tunggu iPhone 17.


Strategi Baru ERAA: Fokus, Bukan Serakah

Ada satu hal penting yang sering dilupakan investor pemula—bahwa manajemen yang baik adalah yang tahu kapan harus ekspansi dan kapan harus fokus.

Dan ERAA tahu itu.

Mereka sekarang sedang menyatukan bisnis aksesori private label (merek sendiri seperti iT, Shokz, dan Lamina) dari anak usahanya ERAL ke ERAA Digital. Tujuannya sederhana: biar lebih efisien, terintegrasi, dan lebih lincah mengelola stok dan penjualan.

Sementara itu, ERAL akan fokus ke lini lifestyle dan teknologi masa depan, termasuk target ambisius menjual 1.000 unit mobil listrik Xpeng. Kalau berhasil, ini bisa menyumbang sekitar 1% dari total pendapatan ERAA—lumayan buat sesuatu yang baru mulai.


Bintang Baru: Erablu, Si Toko Retail Andalan

Bayangkan sebuah toko gadget dengan konsep menarik, harga bersaing, dan layanan cepat. Itu adalah Erablu, konsep toko ERAA yang baru diluncurkan akhir 2022 lalu. Dan hingga April 2025, sudah ada 100 toko!

Menariknya, Erablu ini sudah untung sejak kuartal ketiga 2024. Ini bukan sekadar coba-coba, ini strategi yang solid.

ERAA berencana menambah 63 gerai Erablu lagi tahun ini, terutama di luar Jabodetabek. Strategi ini mencerminkan pemahaman bahwa pasar luar kota besar masih punya potensi pertumbuhan besar.


Insight Detail Data Dari Laporan Keuangan ERAA kuartal 1 tahun 2025 (1Q25)

1. Pendapatan (Revenue): Rp15,8 Triliun

  • Ini total uang yang masuk dari penjualan semua produk ERAA selama kuartal pertama.

  • Turun 5% dibanding tahun lalu. Kenapa? Karena belum ada peluncuran iPhone 16 yang biasanya bantu dongkrak penjualan.

⚠️ Catatan: Penjualan ponsel adalah sumber pendapatan utama ERAA, jadi kalau penjualan ponsel lesu, dampaknya terasa banget ke total pendapatan.


2. Laba Bersih (Net Profit): Rp203 Miliar

  • Ini adalah “uang bersih” yang berhasil disimpan perusahaan setelah bayar semua biaya—gaji karyawan, sewa toko, iklan, dan sebagainya.

  • Turun 16% dibanding kuartal sebelumnya dan turun 20% dibanding tahun lalu.

🔍 Kenapa Turun?
Karena:

  • Penjualan iPhone belum mulai.

  • Biaya sewa dan iklan naik.

  • Margin keuntungan dari ponsel stagnan alias nggak bertambah.


3. Gross Profit Margin (GPM): 11,3%

  • GPM artinya berapa persen keuntungan kotor dari total penjualan. Ini belum dikurangi biaya operasional.

  • GPM ERAA naik 0,3% dibanding kuartal sebelumnya.

🎯 Artinya apa?
Walaupun pendapatan turun, ERAA masih bisa menjaga margin keuntungan karena strategi seperti jual produk berharga tinggi (Samsung S25, Honor V3) dan dari bisnis voucher yang marginnya lebih besar.


4. EBIT Margin: 2%

  • EBIT = Earnings Before Interest and Tax. Alias keuntungan operasional sebelum dipotong bunga dan pajak.

  • Turun 0,5% dibanding kuartal lalu. Ini karena biaya operasional (seperti sewa dan promosi) naik.

📉 Intinya: Biaya makin tinggi, tapi pendapatan belum naik karena siklus musiman.


5. Stok Barang (Inventory): Rp12,2 Triliun

  • Naik Rp5 triliun dibanding akhir 2024.

🤔 Kenapa?
ERAA lagi siap-siap stok iPhone 16 yang akan luncur di kuartal berikutnya. Jadi mereka nimbun dulu biar nanti pas launching, stoknya cukup.


6. Segmen yang Tumbuh:

  • Komputer: Naik 6% YoY

  • Aksesoris: Naik 31% YoY (termasuk dari konsolidasi JD Sports)

  • Ponsel Non-Apple: Naik 13% YoY

Artinya: Bisnis ERAA nggak cuma tergantung pada Apple. Samsung, Xiaomi, dan brand lain juga ikut sumbang pertumbuhan.


7. Segmen yang Menekan Kinerja:

  • Penjualan iPhone yang belum jalan di Q1

  • Volume penjualan HP turun 15% YoY

  • Biaya iklan dan sewa meningkat ➝ tekan margin


Jadi, Bagaimana Prospek Saham ERAA?

Dengan semua dinamika ini, banyak para analis yang berhasil pareto saham rekap tetap merekomendasikan BUY untuk saham ERAA dengan target harga (target price) Rp550 untuk 3-12 bulan ke depan.

Kenapa?

Karena:

  • Ada potensi pertumbuhan besar dari iPhone 16 di 2Q25.

  • Manajemen terus menyusun strategi efisiensi lewat konsolidasi bisnis.

  • Fokus yang lebih tajam di segmen yang sudah terbukti untung seperti Erablu.

  • Tidak hanya bergantung pada Apple, tapi juga kuat di brand lain seperti Samsung dan Xiaomi.


Insight Untuk Kamu yang Baru Mulai Investasi...

Investasi itu ibarat menanam pohon. Kadang kita lihat daunnya layu, tapi sebenarnya akarnya sedang tumbuh kuat.

Begitu juga dengan ERAA. Laporan keuangan kuartal pertama memang terlihat turun. Tapi kalau kita gali lebih dalam, kita bisa melihat fondasi yang sedang dibangun dan momentum yang disiapkan di kuartal-kuartal berikutnya.

Apakah ini saat yang tepat untuk mulai masuk? Bisa jadi. Tapi seperti biasa dalam investasi: selalu lakukan riset sendiri, kenali risikonya, dan jangan asal ikut-ikutan.

Dan kalau kamu mulai tertarik untuk memahami dunia saham lebih dalam—ERAA adalah salah satu contoh nyata bagaimana perusahaan bisa bertransformasi, beradaptasi, dan tetap tumbuh di tengah dinamika pasar yang cepat berubah.

*Disclaimer on

Sumber Data : Laporan Keuangan Quartal 1 2025 ERAA dari idx.co.id