Bayangkan Anda sedang duduk di sebuah kafe, menyeruput kopi hangat sambil mendengar kabar terbaru dari Bank Indonesia (BI). Seolah-olah ada seseorang yang berbisik, “Eh, suku bunga acuan diturunin lagi loh.” Bagi banyak orang awam, berita ini mungkin terdengar abstrak. Tapi sebenarnya, langkah ini bisa berdampak langsung ke kehidupan kita sehari-hari—dari cicilan rumah, bunga deposito, sampai gairah ekonomi nasional. Mari kita kupas pelan-pelan dengan gaya cerita agar lebih mudah dipahami.
Apa yang Baru Saja Terjadi?
Pada 16–17 September 2025, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin, dari sebelumnya 5,00% menjadi 4,75%
Tak hanya itu, dua instrumen lain juga ikut dipangkas:
-
Deposit Facility: turun 50 bps menjadi 3,75%.
-
Lending Facility: turun 25 bps menjadi 5,50%
Dengan kata lain, BI sedang menginjak pedal gas moneter agar ekonomi lebih kencang bergerak.
Kenapa Pasar Terkejut?
Kalau kita ibaratkan, pelaku pasar itu seperti murid yang sudah belajar kisi-kisi ujian. Mayoritas analis (10 dari 12 lembaga) memprediksi BI bakal tahan bunga di level 5,00%. Hanya 2 institusi yang berani bilang BI bakal potong
Dan ternyata, tebakan minoritas yang benar. BI memutuskan lebih agresif, seolah memberi sinyal bahwa mereka melihat kebutuhan ekonomi lebih mendesak dibanding sekadar mengikuti ekspektasi pasar.
Ini Sudah yang Keempat Kali di 2025
Sejak awal tahun, BI memang terlihat konsisten mengendurkan tali moneter. Dari posisi 6,00% di akhir 2024, kini bunga acuan sudah melorot jadi 4,75% melalui empat kali pemangkasan
-
Januari: -25 bps
-
Mei: -25 bps
-
Juli: -25 bps
-
Agustus: -25 bps
Kalau diibaratkan, BI seperti seorang sopir bus yang tadinya menginjak rem kuat (suku bunga tinggi), kini mulai longgarin pedal supaya penumpang (ekonomi) bisa lebih nyaman bergerak maju.
| Grafik Pergerakan Suku Bunga BI |
Dampak ke Kita Sehari-hari
-
Kredit Lebih Murah
Bank akan menyesuaikan bunga pinjaman. Artinya, cicilan rumah (KPR), kredit usaha, atau kredit kendaraan bisa jadi lebih ringan. -
Deposito Jadi Kurang Menarik
Di sisi lain, bunga tabungan berjangka seperti deposito biasanya ikut turun. Bagi masyarakat yang mengandalkan bunga deposito, imbal hasilnya bisa berkurang. -
Daya Beli Meningkat
Ketika biaya pinjaman lebih murah, orang cenderung berani belanja atau ekspansi usaha. Efek domino inilah yang diharapkan BI untuk menggerakkan perekonomian.
Risiko yang Tak Bisa Dilupakan
Namun, jangan buru-buru terlalu optimis. Ada tantangan eksternal yang masih mengintai:
-
Kebijakan The Fed: kalau bank sentral AS justru menaikkan bunga, Indonesia bisa tertekan karena aliran modal keluar.
-
Ketidakpastian global: mulai dari harga komoditas, konflik geopolitik, hingga perlambatan ekonomi China.
Jadi, BI sebenarnya sedang berjalan di jembatan yang sempit—harus menyeimbangkan kebutuhan dorongan pertumbuhan dengan menjaga stabilitas nilai rupiah dan arus modal.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Bagi pemula, mari kita analogikan suku bunga seperti harga sewa uang.
-
Kalau sewanya mahal (bunga tinggi), orang malas pinjam uang → ekonomi melambat.
-
Kalau sewanya murah (bunga rendah), orang semangat pinjam uang → ekonomi bergerak.
Dengan menurunkan bunga, BI sedang mendorong roda ekonomi agar tidak macet di tengah jalan. Tapi, layaknya mengemudi di jalan tol yang ramai, sopir (BI) harus tetap hati-hati agar tidak kebablasan dan menimbulkan risiko inflasi atau pelemahan rupiah.
Prospek ke Depan
Pasar kini menanti:
-
Apakah BI akan lanjut potong bunga lagi di akhir 2025, sehingga bunga bisa di bawah 4,75%?
-
Atau BI memilih istirahat sejenak, menilai dampak dari empat kali pemangkasan sebelumnya?
Satu hal yang jelas: keputusan ini menegaskan BI sebagai otoritas moneter yang fleksibel, mampu menyesuaikan strategi demi menjaga keseimbangan antara stabilitas makro dan dorongan pertumbuhan ekonomi.
✨ Kesimpulannya: BI sedang memberi oksigen tambahan ke perekonomian lewat pemangkasan bunga. Untuk masyarakat, ini berarti ada peluang cicilan lebih ringan, usaha lebih hidup, dan konsumsi lebih terjaga. Namun, kita tetap harus waspada terhadap risiko global yang bisa sewaktu-waktu mengubah arah angin.
Referensi Data
-
Pernyataan resmi Gubernur BI Perry Warjiyo, hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) 16–17 September 2025.
Konsensus pasar dari 12 lembaga/institusi, dihimpun CNBC Indonesia (September 2025).
Data historis kebijakan suku bunga BI tahun 2024–2025.
0Komentar