Bayangkan Kamu sedang berjalan di rak herbal sebuah minimarket. Di antara ratusan produk kesehatan yang berseliweran, ada satu merek yang hampir selalu muncul di depan mata—Tolak Angin. Entah di minimarket, apotek, toko kelontong, bahkan koperasi tambang di pelosok. Merek ini seperti selalu menemukan cara untuk hadir di mana-mana.
Kini, pertanyaannya sederhana namun penting bagi investor:
“Jika penjualannya makin luas, apakah bisnisnya juga makin cuan?”
Di saat banyak perusahaan konsumer kesulitan menjaga margin karena tekanan biaya dan daya beli yang naik-turun, SIDO justru mencatat pertumbuhan laba 29% YoY di 3Q25. Penjualannya naik, jaringannya meluas, ekspornya melonjak, namun… ada satu hal yang masih “menggantung” dan bisa mengubah arah bisnis mereka dalam beberapa kuartal ke depan: rencana kenaikan harga Tolak Angin tahun 2026 yang belum diputuskan.
Bagi investor jangka panjang, ini bukan sekadar berita. Ini adalah puzzle penting yang menentukan apakah SIDO tetap menjadi “mesin pendapatan stabil” atau justru memasuki fase volatilitas baru.
Dan di sinilah kisah menariknya dimulai, jadi begini :
Jika Kamu baru mulai belajar investasi saham, ada satu prinsip klasik ala Warren Buffett yang perlu diingat:
“Bisnis yang bagus akan tetap tampil bagus dari waktu ke waktu, bahkan ketika ada angin yang berubah arah.”
Dan itulah yang sedang kita lihat pada PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) sepanjang tahun 2025, terutama dengan laporan kinerjanya di 3Q25 yang memperlihatkan kombinasi menarik: penjualan yang solid, margin yang bergerak, dan potensi dinamika harga di tahun depan.
Artikel ini akan membawa Anda berjalan pelan–pelan memahami datanya: apa arti angka-angka tersebut, bagaimana logika di balik pergerakannya, apa peluang dan risiko untuk kuartal berikutnya, serta mengapa seorang investor jangka panjang harus mencermati langkah perusahaan dalam mengelola harga produk legendarisnya — Tolak Angin.
Mari mulai dari gambaran besar.
1. Laba Bersih Melompat 29% YoY di 3Q25 — Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Di kuartal ketiga 2025, SIDO mencatatkan laba bersih Rp218 miliar, melonjak 29% YoY. Untuk ukuran perusahaan consumer goods yang sudah mature, pertumbuhan dua digit setinggi ini bukan hal biasa.
Jika ditarik hingga periode 9M25, total laba bersih mencapai Rp819 miliar, tumbuh 5% YoY.
Sekarang, mari kita jabarkan logikanya:
-
Di 3Q25 pertumbuhan laba sangat kuat (29% YoY)
→ Artinya terjadi percepatan momentum, terutama dari penjualan herbal dan F&B. -
Namun pada level 9M25 hanya tumbuh 5% YoY
→ Menandakan kuartal pertama dan kedua tidak sekuat kuartal ketiga, sehingga kenaikannya tampak lebih moderat jika dilihat kumulatif.
Dari kacamata analis, pola seperti ini lazim terjadi ketika permintaan konsumen menguat di sebagian periode — dan dalam kasus SIDO, momentum konsumsi obat herbal dan minuman energi memang meningkat di 3Q25.
Dari sisi ekspektasi pasar:
-
Laba 9M25 sudah mencapai 69% dari target full-year konsensus,
-
Atau 72% dari estimasi BNIS,
-
Jauh di atas rata-rata pencapaian 3 tahun historis yang hanya 67%.
Ini penting untuk pemula pahami:
Jika sebuah perusahaan mencapai >70% dari target setahun hanya dalam 9 bulan, potensi “beat consensus” di akhir tahun meningkat signifikan.
Artinya, SIDO punya peluang finish strong pada 4Q25. Tapi tentu ada catatan penting — nanti kita bahas.
2. Penjualan 3Q25 Tumbuh 23% YoY: Mesin Herbal & F&B Ngebut, Farmasi Melambat
Pertumbuhan penjualan sebesar 23% YoY di 3Q25 adalah sinyal fundamental yang sangat kuat. Tidak banyak perusahaan consumer goods yang bisa mencatatkan kenaikan setinggi itu di tengah kompetisi yang ketat.
Mari kita pecahkan per segmen:
a. Herbal naik 22% YoY — Tulang punggung yang kembali bertenaga
Segmen herbal tetap menjadi mesin utama SIDO.
Mengapa bisa naik 22% YoY?
-
Volume meningkat — artinya bukan sekadar naik harga, tapi produk makin banyak dibeli masyarakat.
-
Mobilitas masyarakat meningkat, sehingga orang lebih sering terkena polusi atau perubahan cuaca.
-
Kesadaran kesehatan pernapasan meningkat, terutama setelah tren penyakit pernapasan dalam beberapa tahun terakhir.
-
Permintaan minyak esensial dan ekspor Tolak Angin Care melonjak lebih dari dua kali lipat YoY.
Poin terakhir adalah indikator penting:
Ekspor herbal yang naik dua kali lipat berarti brand SIDO makin diterima global, terutama untuk Tolak Angin Care.
Growth seperti ini biasanya sustainable karena 100% berbasis permintaan nyata.
b. F&B naik 27% YoY — efek cuaca panas dan aktivitas luar ruangan
Segmen F&B juga mencatatkan performa kuat dengan kenaikan 27% YoY.
Faktor pendorongnya:
-
Volume minuman energi meningkat
-
Cuaca lebih panas
-
Aktivitas luar ruangan meningkat
-
Permintaan dari wilayah pertambangan dan perkebunan menguat
Perlu Anda pahami: sektor pertambangan dan perkebunan adalah konsumen besar produk minuman energi. Ketika mobilitas pekerja naik, konsumsi produk F&B pun ikut naik.
c. Farmasi hanya naik 5% — penyesuaian distributor sementara
Segmen farmasi tumbuh 5% YoY. Tidak tumbuh tinggi karena:
-
Ada penyesuaian distributor, yang biasanya berdampak pada suplai jangka pendek.
-
Namun sifatnya sementara, bukan penurunan permintaan.
3. Penjualan Domestik Naik 21%, Ekspor Melonjak 49% — Sinyal Ekspansi yang Sehat
SIDO bukan hanya kuat di pasar lokal, tapi ekspor juga tumbuh impresif.
-
Penjualan domestik 3Q25 naik 21% YoY
→ Sangat stabil, sejalan dengan pertumbuhan konsumsi nasional. -
Penjualan ekspor melonjak 49% YoY
→ Ini adalah game-changer.
Ekspor yang naik hampir 50% menunjukkan bahwa produk SIDO — terutama herbal — makin diterima secara internasional. Untuk investor jangka panjang, ekspor yang kuat berarti diversifikasi risiko yang semakin baik.
Dengan ekspor tumbuh cepat, ketergantungan pada pasar domestik bisa berkurang, sehingga fundamental perusahaan menjadi lebih stabil.
4. Pergerakan Margin: GPM 3Q25 Naik 3,6 Poin YoY ke 56,2%, tetapi Turun QoQ
Ini bagian yang sering dilewatkan investor pemula padahal sangat penting: margin.
Pada 3Q25:
-
GPM (Gross Profit Margin) = 56,2%
-
Naik 3,6% poin YoY
→ Artinya biaya produksi lebih efisien atau volume tinggi meningkatkan leverage kapasitas.
Namun:
-
GPM turun 4,3% poin QoQ
Apa artinya?
-
Mungkin ada kenaikan biaya input musiman.
-
Mungkin perusahaan meningkatkan promosi.
-
Atau ada perubahan mix produk.
Penurunan GPM QoQ tidak selalu negatif, tapi harus dipantau jika berlanjut di 4Q25.
5. Opex Naik 41% YoY — Kelihatannya Buruk, Tapi Ini Adalah “Investasi Masa Depan”
Banyak investor pemula panik melihat opex naik 41% YoY. Tapi mari kita lihat penyebabnya:
-
Biaya A&P (advertising & promotion) meningkat
-
Biaya gaji naik
-
Ada peluncuran produk baru
-
Ada penyegaran brand
-
Ada peningkatan aktivitas di digital commerce
Ketika perusahaan meningkatkan belanja marketing, itu bukan beban, melainkan investasi untuk future growth.
Kuncinya:
Apakah belanja tambahan itu menghasilkan penjualan?
Jawabannya: ya, terbukti penjualan naik 23% YoY.
Dalam consumer goods, opex yang naik untuk memperluas distribusi & brand awareness justru merupakan tanda perusahaan sedang memperbesar pangsa pasar.
Baca Juga : Analisa Saham SIDO Quartal 1 2025, Ternyata Untung Segini
6. Ekspansi Distribusi: Tambah 3.000 Toko GT & 721 Toko MT dalam Satu Kuartal
Distribusi adalah jantung bisnis FMCG. Tanpa distribusi kuat, penjualan tidak mungkin naik.
Di 3Q25, SIDO menambah:
-
3.000 toko GT (General Trade)
-
721 toko MT (Modern Trade)
Kini total outlet mencapai:
-
196.998 toko GT
-
56.149 toko MT
-
Total nasional: 252.762 toko per Sep-25
Ini membuat SIDO makin mendekati target ambisius 5 tahun:
-
250.000 GT
-
100.000 MT
Penjualan per channel:
-
GT tumbuh ~20% YoY
-
MT tumbuh low-teens YoY
Keduanya sehat. Dan menariknya:
Di TikTok dan e-commerce, penjualan melonjak lebih dari empat kali lipat YoY.
Memang basisnya masih kecil, tetapi tren ini menunjukkan bahwa generasi muda mulai mengenal brand SIDO di ekosistem digital — faktor penting bagi sustainability jangka panjang.
7. Penjualan Oktober Tetap Solid — Permintaan Stabil hingga Sedikit Lebih Kuat
SIDO melaporkan bahwa penjualan Oktober 2025:
-
Solid
-
Sesuai ekspektasi
-
Bahkan sell-out lebih kuat dibandingkan rata-rata 3Q25
Momentum konsumsi diperkirakan bertahan hingga:
-
November
-
Desember
Dibantu oleh:
-
Program stimulus pemerintah untuk daya beli
Ini artinya SIDO punya peluang menutup FY25 dengan catatan positif.
Namun ada satu hal besar yang menggantung:
8. Ketidakpastian Kenaikan Harga Tolak Angin 2026: Katalis yang Hilang?
Secara historis, SIDO biasa melakukan kenaikan harga produk Tolak Angin menjelang akhir tahun.
Kenaikan harga ini biasanya:
-
Menjadi katalis bagi distributor untuk melakukan “last bite”.
-
Mendorong penjualan tambahan di 4Q.
Namun untuk 2026, perusahaan masih belum memutuskan.
Jika tidak ada kenaikan harga, maka:
Ada downside risk terhadap pertumbuhan 4Q25F karena tidak ada “rush order” dari distributor.
Perusahaan menjelaskan keputusan akan bergantung pada tiga faktor:
-
Daya beli riil dan tren konsumsi
-
Pergerakan biaya bahan baku
-
Stabilitas margin
SIDO menegaskan prioritasnya:
-
Pertumbuhan volume berkelanjutan
-
Penetrasi rumah tangga
-
Loyalitas merek
Dari perspektif analis jangka panjang — ini adalah keputusan yang sangat sehat.
Kenaikan harga memang meningkatkan margin jangka pendek, tetapi:
-
dapat menurunkan volume,
-
meningkatkan risiko switching ke brand lain,
-
dan mengurangi loyalitas konsumen.
Dalam consumer goods, volume > margin untuk jangka panjang.
9. Kesimpulan untuk Investor: SIDO Masuk Fase Konsolidasi yang Kuat
Jika Anda membaca data di atas secara utuh, maka gambaran lengkapnya adalah:
✓ Laba bersih 3Q25 tumbuh 29% YoY
→ momentum pemulihan sangat kuat.
✓ Penjualan tumbuh 23% YoY
→ permintaan sehat di semua segmen, terutama herbal & F&B.
✓ Ekspor naik 49% YoY
→ sinyal fundamental jangka panjang yang sangat positif.
✓ GPM 3Q25 naik 3,6 poin YoY
→ volume tinggi meningkatkan efisiensi.
✓ Opex naik 41% YoY karena ekspansi besar
→ bukan negatif, ini investasi ke masa depan.
✓ Distribusi makin luas, penjualan digital meledak 4x
→ fundamental channel semakin kuat.
✓ Penjualan Oktober solid
→ peluang finish strong FY25.
✓ Tetapi ada downside risk dari ketidakpastian harga Tolak Angin 2026
→ investor harus aware.
Apakah SIDO Menarik untuk Jangka Panjang?
Jika Anda investor ala Warren Buffett, Anda akan melihat aspek-aspek berikut:
1. Brand utility kuat — Tolak Angin masih jadi top of mind.
Brand yang kuat adalah moats berharga.
2. Model bisnis asset-light dan high margin
GPM di atas 50% adalah sinyal luar biasa untuk perusahaan consumer goods.
3. Distribusi mendalam hingga ratusan ribu toko
Jarang perusahaan FMCG punya penetrasi sedalam ini.
4. Ekspor bertumbuh cepat
Diversifikasi geografis memperkuat fundamental.
5. Cash-generating business
SIDO terkenal rajin membagi dividen — meski ini tidak dibahas di data Anda, ini ciri historis perusahaan.
6. Risiko relatif kecil, kecuali dalam pricing power
Saat perusahaan tidak menaikkan harga, margin bisa tertekan. Namun volume bisa tetap tumbuh.
Penutup: Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Jika Anda adalah investor pemula, berikut panduan sederhana:
-
Analisis momentum → SIDO sedang dalam tren pertumbuhan sehat.
-
Periksa distribusi → jangkauan semakin luas, artinya barrier to entry makin tinggi.
-
Pantau harga Tolak Angin 2026 → ini adalah katalis atau risk factor terbesar.
-
Perhatikan margin 4Q25 → apakah GPM kembali menguat atau tetap tertekan.
-
Lihat ekspor → jika ekspor terus tumbuh 40–50%, valuasi jangka panjang akan semakin menarik.
SIDO saat ini bukan sekadar perusahaan jamu — ia sudah menjadi consumer goods powerhouse dengan kemampuan mempertahankan pertumbuhan melalui:
-
ekspansi distribusi,
-
diversifikasi produk,
-
kanal digital,
-
dan penetrasi pasar global.
Selama perusahaan terus menjaga volume dan loyalitas konsumen, bisnisnya akan tetap kokoh, bahkan jika harga Tolak Angin tidak naik tahun depan.

0Komentar