Andry Hakim - 📷@andyhakim |
Ada satu hal menarik dari laporan keterbukaan informasi PT Cakra Buana Resources Energi Tbk. (CBRE) pada 14 Oktober 2025.
Nama Andry Hakim, yang selama ini dikenal sebagai salah satu pemegang saham individu di CBRE, tercatat menambah porsi kepemilikan sahamnya cukup signifikan.
📊 Rincian Transaksi
Berdasarkan laporan dari Amanda Octania, Direktur sekaligus Corporate Secretary CBRE, pada tanggal 10 Oktober 2025, Andry Hakim membeli sebanyak 109.903.374 lembar saham CBRE di harga Rp750 per saham.
Transaksi ini dilakukan secara bertahap, dan ditegaskan bukan merupakan transaksi repurchase agreement (repo) — artinya, pembelian ini murni inisiatif pribadi, bukan bagian dari kesepakatan pinjaman berbasis saham.
Pasca pembelian tersebut, kepemilikan Andry Hakim naik dari 117 juta lembar saham (2,57%) menjadi 226,9 juta lembar saham, atau setara dengan 5% dari total saham beredar.
Tujuan dari pembelian ini pun jelas disebutkan:
“Untuk investasi dengan kepemilikan langsung.”
🧩 Siapa Itu Andry Hakim?
Bagi sebagian investor ritel, nama Andry Hakim mungkin belum terlalu sering terdengar. Namun di kalangan pelaku pasar modal, khususnya di sektor energi dan sumber daya, Andry Hakim dikenal sebagai investor individu yang aktif menanamkan modal di sejumlah emiten berbasis komoditas dan energi.
Track record-nya menunjukkan kecenderungan berinvestasi pada perusahaan yang memiliki valuasi relatif murah, namun memiliki potensi ekspansi operasional ke depan.
Dengan gaya yang lebih mirip value investor dibanding trader spekulatif, langkah Andry menambah saham di CBRE patut dicatat bukan sekadar “aksi ikut euforia”, melainkan indikasi kepercayaan terhadap prospek fundamental perusahaan.
⚙️ Sekilas Tentang CBRE
CBRE merupakan perusahaan energi yang fokus pada eksplorasi dan perdagangan batu bara serta energi terbarukan. Dalam beberapa tahun terakhir, CBRE berupaya memperluas lini bisnisnya ke arah pengelolaan sumber daya energi berkelanjutan, meski core bisnis-nya masih banyak bergantung pada sektor batu bara.
Saham CBRE sempat menarik perhatian pasar setelah harga batu bara global mulai stabil pasca tekanan di tahun 2024. Seiring dengan itu, CBRE mencatatkan perbaikan margin laba dan mulai mencatat arus kas operasional yang positif di semester pertama 2025.
Dengan demikian, kenaikan minat investor terhadap saham CBRE punya dasar yang cukup logis.
💡 Analisa: Apa Arti Aksi Ini?
Kalau kita melihat dari kacamata value investing — seperti halnya yang sering Pareto Saham gunakan dalam menganalisa saham — maka aksi pembelian saham oleh pihak insider (pemegang saham signifikan) sering kali menjadi indikator kepercayaan diri terhadap prospek jangka menengah hingga panjang perusahaan.
Ketika seseorang di dalam perusahaan (atau pemegang saham lama) membeli lagi saham di harga pasar, itu menunjukkan dua hal:
-
Ia tahu valuasi perusahaan masih di bawah nilai wajarnya.
-
Ia punya keyakinan terhadap arah bisnis ke depan.
Dalam kasus CBRE, harga pembelian di Rp750 per saham bisa dibilang menarik, mengingat saham ini sempat bergerak di kisaran Rp680–Rp780 dalam beberapa bulan terakhir.
Artinya, pembelian ini bukan di harga diskon ekstrem, tapi di harga yang dianggap wajar jika Andry yakin perusahaan sedang undervalued secara fundamental.
🔍 Valuasi dan Prospek CBRE
Mari kita coba lihat dari perspektif valuasi sederhana.
Dengan asumsi CBRE memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp3,5 triliun dan laba bersih setahun terakhir di kisaran Rp350 miliar, maka PER (Price to Earnings Ratio)-nya berada di sekitar 10x — relatif moderat untuk perusahaan energi yang baru mulai mencetak pertumbuhan stabil.
Selain itu, CBRE disebut tengah mengembangkan unit bisnis pengelolaan logistik energi, yang bisa memperkuat margin profit di masa depan.
Jika strategi ini berhasil, CBRE berpotensi masuk ke kategori emiten energi menengah dengan cash flow kuat dan debt ratio terkendali, seperti halnya perusahaan sejenis di sektor batu bara yang sudah lebih mapan.
🧠 Catatan untuk Investor
Meski aksi pembelian Andry Hakim ini bisa dianggap sebagai sinyal positif, investor tetap perlu menilai dari sisi bisnis inti perusahaan.
CBRE masih harus menghadapi tantangan yang cukup besar:
-
Fluktuasi harga batu bara global.
-
Transisi energi menuju energi hijau yang bisa menekan demand jangka panjang.
-
Dan kebutuhan modal kerja tinggi untuk menjaga ekspansi.
Namun jika manajemen mampu menjaga efisiensi biaya dan mulai menumbuhkan pendapatan dari segmen non-batu bara, maka posisi CBRE akan semakin kuat.
Dan inilah kemungkinan yang dilihat oleh Andry Hakim.
📈 Kesimpulan
Aksi Andry Hakim menambah kepemilikan hingga 5% di saham CBRE bisa ditafsirkan sebagai bentuk keyakinan pribadi terhadap prospek jangka panjang perusahaan.
Harga pembelian Rp750 per saham menunjukkan ia tidak mengejar momentum jangka pendek, melainkan melihat nilai intrinsik di balik bisnis CBRE yang tengah bertransformasi.
Bagi investor ritel, langkah ini patut dicatat — bukan untuk ditiru mentah-mentah, tapi untuk dipelajari secara rasional.
Seperti kata Benjamin Graham (yang juga menjadi panutan Warren Buffett dan banyak value investor):
“The investor’s chief problem — and even his worst enemy — is likely to be himself.”
Dalam konteks ini, keputusan investasi sebaiknya tetap berbasis data dan valuasi, bukan sekadar mengikuti gerakan orang dalam.
Namun, ketika orang dalam justru membeli — bukan menjual — itu biasanya bukan sinyal yang buruk.
Catatan: Artikel ini disusun untuk tujuan analisis dan edukasi, bukan rekomendasi jual atau beli saham.
Data bersumber dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia dan laporan publik PT Cakra Buana Resources Energi Tbk. per 14 Oktober 2025.
0Komentar